Berita Sleman Hari Ini

Waspada! 161 Kasus DBD Terjadi di Sleman, 1 Meninggal Dunia 

Satu kematian akibat gigitan nyamuk aedes aegypti ini dialami seorang anak kecil, berusia 8 tahun di Kapanewon Mlati.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
net
dbd_1101 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penularan kasus Coronavirus Disease-2019 ( Covid-19 ) di Sleman mengalami penurunan.

Tetapi, masalah kesehatan di masyarakat datang berganti.

Kini, kasus Demam Berdarah dengue ( DBD ) yang mengalami trend peningkatan.

Hingga saat ini, sudah ada 161 kasus yang dilaporkan terjadi di Kabupaten Sleman .

Satu di antaranya meninggal dunia. 

Baca juga: Kasus DBD di Bantul Selama Tiga Bulan Terakhir Mencapai 242 Kasus

"Kasus ( DBD ) di Sleman untuk saat ini ada 161 kasus. Ini dengan satu kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman , Cahya Purnama, Kamis (9/6/2022). 

Ia mengungkapkan, satu kematian akibat gigitan nyamuk aedes aegypti ini dialami seorang anak kecil, berusia 8 tahun di Kapanewon Mlati.

Tahun ini, Kapanewon Mlati juga menyumbang temuan kasus terbanyak dengan 25 kasus DBD , disusul Depok 19 kasus dan Prambanan 18 kasus. 

Cahya meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan ingkungan harus dijaga bersama-sama, terutama lingkungan kosong yang tidak dihuni supaya lebih dicermati.

Sebab, vektor DBD biasanya muncul di lingkungan yang ditinggal penghuninya.

Seperti, rumah yang hanya ditinggali seminggu atau sebulan sekali kemudian anak kos yang meninggalkan tempat kosnya, diharapkan agar mengosongkan bak mandinya. 

"Jika lupa (dikosongkan) maka di situlah muncul jentik nyamuk aedes aegypti," kata dia. 

Selain itu, Cahya juga mengimbau kepada masyarakat untuk memantau dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M.

Yaitu, menguras tempat yang menjadi perindukan nyamuk, menutup rapat tempat penampungan air,  lalu memanfaatkan kembali atau menyimpan dengan cermat limbah barang bekas seperti botol yang berpotensi menjadi genangan dan tempat perkembangbiakan nyamuk.

Baca juga: Waspada DBD di Musim Hujan, Orang Tua Wajib Bawa Anak ke Dokter Apabila Demam Empat Hari

Mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik), kemudian tidak kalah penting adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved