Berita Bantul Hari Ini

Kasus DBD di Bantul Selama Tiga Bulan Terakhir Mencapai 242 Kasus

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bantul selama Januari-Maret mencapai 242 kasus.

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Nyamuk Aedes aegypti 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bantul selama Januari-Maret mencapai 242 kasus.

Jumlah tersebut lebih dari separuh total kasus DBD pada tahun 2021.

kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Bantul , dr Sri Wahyu Joko Santoso, merinci kasus DBD 2022 untuk bulan Januari ada 159 kasus, bulan Februari 68 kasus dan pada bulan Maret hingga awal pekan ini mencapai 15 kasus.

Baca juga: Ribuan Driver Ojol DI Yogyakarta Gelar Konvoi, Minta Adanya Penyesuaian Tarif yang Manusiawi

"Sehingga selama 3 bulan ini sementara ada 242 kasus," ujarnya Kamis (24/3/2022).  
 
Meski demikian, pria yang akrab disapa Oki ini mengaku hingga bulan Maret ini belum ada pasien yang meninggal karena DBD .

Menurutnya, angka kematian karena DBD bisa ditekan karena pihaknya memberikan pelayanan yang maksimal.  
 
Sedangkan untuk tahun 2021, terdapat 410 kasus DBD dan terdapat satu orang pasien meninggal karena DBD .

Oki mengungkapkan bahwa jumlah kasus di tahun 2022 belum bisa dibandingkan dengan tahun 2021.

"Masih data sementara, jadi belum bisa dibandingkan dengan tahun 2021. Selain itu, kondisi cuaca lebih banyak hujan di 2022," ungkapnya.

Ia menyatakan bahwa saat ini kasus DBD lebih banyak tertutup oleh kasus Covid-19 .

Maka dari itu pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak mengendorkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selama masa pandemi dan seterusnya.

Pihaknya meminta masyarakat agar secara berkala membersihkan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan DBD .

Dinas Kesehatan termasuk seluruh puskesmas di wilayah Bantul juga secara masif mensosialisasikan PSN serta pemantauan jentik kepada masyarakat.

"Pencegahan DBD lebih ke PSN dan kesadaran untuk melaksanakan gerakan 1 rumah 1 Jumantik (Juru pemantau jentik)," terangnya.
 
Selain itu, Oki juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai leptospirosis saat musim hujan saat ini.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.

Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

Baca juga: DLH Sleman Akan Menambah Ruang Terbuka Hijau dan Lestarikan Tanaman Endemik Merapi 

Oki mengungkapkan, hingga maret 2022, terdapat dua kasus Leptospirosis di wilayah Bantul .

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved