Berita Sleman Hari Ini
Warga Margoagung Tumpah Ruah di Merti Desa Mbah Bregas
Merti Desa Mbah Bregas dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pemerintah Kalurahan Margoagung, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman menggelar Merti Desa Mbah Bregas di Balai Ringin, Padukuhan Ngino, Jumat (3/06/2022).
Upacara adat tersebut menyedot animo masyarakat cukup tinggi.
Mereka tumpah ruah membanjiri seputar Balai Ringin.
Setelah prosesi acara, warga saling berebut gunungan hasil bumi yang dipercaya dapat membawa keberkahan.
Lurah Margoagung , Djarwo Suharto mengatakan, merti desa Mbah Bregas di Kalurahan Margoagung merupakan kegiatan rutin.
Baca juga: Pemkab Sleman Berencana Kembali Lakukan Skrining Covid-19 pada Siswa
Namun, sempat vakum selama dua tahun pandemi Covid-19 .
Kini dengan aturan yang telah diperlonggar kegiatan tersebut akhirnya bisa kembali digelar.
Menurut dia, hampir seluruh warga Margoagung menghendaki digelarnya Merti Desa Mbah Bregas karena berkaitan dengan leluhur mereka.
"Harapan kami, merti desa ini bisa menjembatani komunikasi seluruh elemen masyarakat. Muaranya adalah guyub dan rukun. Selain itu, sebagai wujud syukur kepada Tuhan," kata dia, di lokasi acara.
Djarwo mengungkapkan, 86 persen warga Margoagung adalah petani.
Merti Desa Mbah Bregas dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Karena, telah diberikan tanah yang subur dan hasil alam yang melimpah. Disamping itu, untuk mengenang jasa leluhur.
Pelaksanaan Merti Desa digelar selama tiga hari tiga malam. Kegiatan diawali dengan Pentas Kobro dan Pengajian Akbar.
Dilanjutkan pentas seni Jathilan, Karawitan dan pengambilan air suci di sendang Planangan.
Lalu puncak acaranya adalah kirab budaya yang menampilkan 15 bregodo dari 12 dusun di Kalurahan Margoagung.
Kirab ini berkeliling dari halaman Kalurahan Margoagung menuju Balai Ringin di Padukuhan Ngino, dengan membawa gunungan hasil bumi.
Baca juga: Bupati Kustini Berharap Sleman Bisa Zero Stunting
Segenap masyarakat hadir.
Prosesi kirab dimeriahkan dengan ogoh-ogoh besar berwarna hitam. Warga tumpah ruah. Bergembira.
"Acara (Merti Desa) ditutup dengan wayangan," kata Djarwo.
Sementara itu, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo yang hadir dalam kegiatan tersebut mengapresiasi dan menyambut baik upacara adat yang terus dilestarikan di Kalurahan Margoagung .
Menurut dia, Merti Desa Mbah Bergas merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan warisan leluhur.
Karenanya, Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama merawat upacara adat tersebut dengan makna yang baik.
"Sebagai wujud syukur dan kecintaan terhadap Tuhan atas anugerah kesuburan tanah dan hasil alam yang melimpah," kata dia.( Tribunjogja.com )