Bupati Bantul Abdul Halim Muslih
Bupati Bantul Ikut Rangkaian Labuhan Alit yang Diselenggarakan Keraton Yogyakarta
Beberapa ubo rampe yang akan dilabuh di antaranya merupakan benda milik Sri Sultan Hamengku Buwono X.
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menerima ubo rampe labuhan di Kantor Kapanewon Kretek, pada Jumat (4/3/2022) siang, sebelum dilabuh di Pantai Parangkusumo.
Beberapa ubo rampe yang akan dilabuh di antaranya merupakan benda milik Sri Sultan Hamengku Buwono X. Termasuk rambut dan kuku milik Sultan.
Bupati Abdul Halim menuturkan bahwa labuhan Patuh atau Labuhan Alit ini merupakan rangkaian upacara tradisi memperingati jumenengan atau naik tahta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang diadakan setiap setahun sekali.
Labuhan ini diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 30 Rojab penanggalan Jawa, yang pada tahun ini jatuh pada Jumat Legi, 4 Maret 2022.
"Barang-barang apa yang pernah dipakai oleh Ngarsa Dalem maupun dipakai oleh Keraton itu dilabuh, sebagai simbol untuk membuang keburukan," kata Bupati Abdul Halim usai acara serah terima ubo rampe.
Ubo rampe yang akan dilabuh pada hari itu, di antaranya Kain (Semekan) Kagungan Dalem (milik) Sri Sultan HB X yakni Semekan Colok, Semekan Gadung, Semekan Melati, Semekan Jinggo, Semekan Ubo rogo, Semekan Bangun Tulak, 900 Lisah Konyoh, dan Yotro (uang) tindah satu amplop.
Kemudian ada Penderek di antaranya Nyamping Poleng satu lembar, Nyamping Teluh Watu, Semekan Grimin satu lembar, Semekan Songer satu lembar, Semekan Pandan Ginethok satu lembar, Semekan Podang Ngisep Sari satu lembar, Semekan Bangun Tolak satu lembar, 900 lisah konyoh, Yotro satu amplop.
Lorodan Ageng Kagungan Ndalem di antaranya seperti Destan satu biji, Rasukan Surjan satu lembar, Nyamping satu lembar, Hem satu lembar, Lancingan kembar satu lembar, lancingan satu lembar. Kemudian Rikmo (rambut) kenoko dalem, Layung Sekar Kyai Ageng satu karung, Layung Sekar satu goni (karung).
Selain labuhan ubo rampe, pada saat bersamaan juga dilaksanakan sedekah apem. Bupati Abdul Halim mengatakan, apem berasal dari bahasa Arab Afwan atau Afuwwun yang artinya permohonan maaf.
Apem menjadi simbol permohonan maaf ampunan kepada Allah SWT atas kesalahan kolektif, maka dari itu apem yang digunakan berukuran besar.
"Permohonan maaf dari segala kesalahan yang pernah kita lakukan, kawula Ngayogyakarta Hadiningrat telah melakukan kesalahan dimintakan maaf dengan simbol apem yang besar, Apem Mustoko itu," katanya.
Ia mengungkapkan, Apem tersebut merupakan simbol permohonan maaf ampunan kepada Allah SWT atas kesalahan kolektif, maka dari itu Apem yang digunakan berukuran besar.
"Tradisi ini sekaligus membangkitkan kita akan pentingnya kesadaran untuk membangun Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan mendoakan Ngarsa Dalem agar panjang umur sehat selalu dan terus berjuang untuk kesejahteraan masyarakat DIY," tambahnya.
Sementara itu Carik Tepas Ndoropuro Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Wijoyo Pamungkas, mengungkapkan ada 30 item dalam ubo rampe yang dilabuh.
Mulai dari Kain Nyamping Cindhe Abrit, cindhe ijem, semekan dringin, termasuk rikma dalem (rambut) dan kenaka dalem (kuku) dari Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Labuhan dilakukan di tiga lokasi yakni Pantai Parangkusumo, Gunung Lawu dan Gunung Merapi. Yang dilabuh hari ini di Parangkusumo, untuk Lawu dan Merapi baru besok pagi dilabuh," ungkapnya.
Setelah prosesi serah terima selesai, kemudian dilanjutkan dengan prosesi di Cepuri Parangkusumo.
Kemudian ubo rampe tersebut dilabuh di Pantai Parangkusumo oleh para abdi dalem. (*/rls/adv)