Menggenjot Kopi Lereng Merapi dalam Derap Wisata
pasca-erupsi besar Gunung Merapi tahun 2010 silam, banyak tanaman kopi yang terbenam.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Pasca-erupsi Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman, bersama Pemda DIY dan Pemerintah Pusat kini terus berupaya memulihkan ekosistem tanaman kopi di lereng Gunung Merapi.
Satu di antara upayanya adalah dengan Gerakan Tanam Kopi (Gertak). Gerakan tanam kopi ini merupakan program Kementerian Pertanian (Kementan) Direktorat Jenderal Perkebunan yang dilakukan di seluruh Indonesia.
Pada Sabtu (26/2/2022) kemarin, gerakan ini dilakukan di Kalurahan Glagaharjo, Kabupaten Sleman, dihadiri langsung Wakil Gubernur DIY KGPAA Pakualam X, Direktur tanaman tahunan dan penyegar, Dirjen Perkebunan, Kementrian Pertanian, Hendratmojo Bagus Hudoro dan Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa.
Danang, dalam kesempatan itu, mengungkapkan, tanaman kopi selama ini banyak dibudidayakan di wilayah Cangkringan, Turi dan Pakem.
Upaya peningkatan produktivitas terus dilakukan. Hasilnya, pada tahun 2020 luas lahan budidaya kopi Robusta di Kabupaten Sleman telah mencapai 217,19 hektare sementara Arabika seluas 36,60 hektare.
Total panen tanaman kopi seluas 158,28 hektare. Rinciannya, 27,14 hektare arabika dan 131,14 hektare kopi robusta. Dari luasan tersebut, kopi Arabika per hektare mampu memproduksi 6,21 kuintal dan kopi Robusta sebanyak 4,44 kuintal per hektare.
"Total produksi kopi di Kabupaten Sleman mencapai 754,30 kuintal. Terdiri dari produksi kopi Arabika sebesar 172,63 kuintal dan kopi Robusta sebesar 581,67 kuintal," kata Danang.
Gerakan tanam kopi di lereng Merapi ini menjadi motivasi bagi Pemerintah Kabupaten Sleman untuk berkomitmen mempertahankan dan mengembangkan budidaya kopi lereng Merapi. (Tribunjogja)