Mahasiswa Jogja yang Tergabung dalam KOMAR Gelar Diskusi Usung Tema Ancaman Radikalisme
KOMAR memandang isu radikalisme, dengan atau tanpa disadari, terus beredar di kehidupan masyarakat di negara ini.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Mahasiswa dipandang sebagai salah satu agen perubahan sekaligus menjadi bagian garda depan dalam beberapa urusan kebangsaan.
Salah satunya terkait penangkalan paham radikalisme sejak dini.
Hal itu menjadi satu di antara beberapa pembahasan yang mencuat dalam diskusi tentang radikalisme yang diadakan Koalisi Mahasiswa Anti Radikalisme (Komar).
Mereka memandang isu radikalisme, dengan atau tanpa disadari, terus beredar di kehidupan masyarakat di negara ini.
Diskusi ini digelar di Cafe Basa-basi, Nologaten, DI Yogyakarta pada Jumat (25/2/2022) dan dihadiri oleh segenap elemen mahasiswa Jogja yang tergabung dalam KOMAR.
Acara diskusi tentang radikalisme ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat, khususnya kalangan anak muda dan mahasiswa, agar tidak mudah didoktrin oleh kelompok radikal.
Fahri, selaku master of ceremony (MC) acara diskusi ini, mengatakan bahwa mahasiswa yang dipandang mempunyai wawasan atau ide-ide baru serta lebih terbuka, harus mampu memberikan terobosan baru terhadap masyarakat yang tidak sadar akan hal itu.
“Radikalisme ini merupakan hal yang paling penting kita bahas dalam diskusi kali ini. Sebab, isu radikalisme merupakan hal yang paling urgent dalam suatu negara, apalagi negara Indonesia,” ujarnya.
Acara diskusi ini dibingkai dengan semenarik mungkin.
Sebab, jarang sekali kalangan mahasiswa membahas terkait tentang isu-isu agama, nasionalisme, maupun kesadaran terkait masalah pemahaman tentang bela negara.
Seorang mahasiswa peserta diskusi, Juju, berpendapat bahwa radikalisme melalui gerakan di akar rumput memang terbilang sangat tertutup.
Akan tetapi hal itu menjadi ancaman besar bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk meluruskannya.
Karena mahasiswa dinilai juga harus mempunyai sifat serta berperan sebagai agent of control.
“Mahasiswa harus menjadi garda paling depan dalam urusan apapun, apalagi dalam urusan ancaman radikalisme yang ada di Indonesia,” katanya. (*)
