Kisah Inspiratif
KISAH INSPIRATIF: Cerita Giri, Penyandang Disabilitas Netra Sarjana Ekonomi UGM yang Berprestasi
Giri, seorang disabilitas netra mampu membuktikan keterbatasan fisik tak menjadi hambatan untuk menorehkan prestasi. Ia pun kini resmi menjadi Sarjana
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di hatinya. Untuk menenangkan diri, dia memutuskan untuk mengambil cuti kuliah selama lima semester.
Selama masa cuti tersebut, ia menjalani terapi di berbagai tempat, tapi hasilnya tetap nihil. Pengelihatannya semakin memburuk hingga semua terasa hitam dan gelap.
Akan tetapi, ia tetap enggan menyerah dengan keterbatasan. Ia mulai berpikir, keterbatasan tidak boleh menjadi batu sandungan untuknya melangkah lebih jauh.
Memilih Bangkit
Memang tidak mudah baginya menerima kenyataan. Bahkan, apabila kekecewaan dituliskan dalam kata-kata pun sepertinya tidak cukup mampu menggambarkan kesedihan hati Giri.
Perlahan tapi pasti, Giri bangkit. Tekadnya hanya satu, ingin menyelesaikan kuliah di UGM , meski harus terlambat lima semester dari teman seangkatannya.
Usahanya tidak sia-sia. Dia menjadi wakil wisudawan untuk memberikan kata sambutan di hadapan seluruh wisudawan dan pimpinan universitas.
“Ini juga karena keterbukaan UGM melayani pendidikan yang inklusif. Dari situ, saya bisa berada di wisuda ini bersama teman-teman,” papar Giri.
Giri merupakan putra pertama. Ia dan keluarga tinggal di daerah Mantrijeron, Yogyakarta. Kedua orang tuanya sehari-hari berjualan soto di daerah Tamanan, Bantul.
Sebelumnya sang ayah sempat memiliki usaha event organizer, tapi karena kondisi kesehatan mengidap diabetes dan jantung koroner memaksanya berhenti menjalankan usaha tersebut dan memilih membantu isterinya berjualan soto.
Sementara sang adik, saat ini tengah menempuh pendidikan sarjana masuk semester empat di salah satu perguruan tinggi swasta Yogyakarta .
Kembali Kuliah
Lima semester berlalu, Giri pun mulai masuk kuliah kembali di tahun 2018. Kecemasan yang menggelayut di benaknya tak semata-mata hilang.
Dia tetap bertanya, apakah dirinya bisa mengikuti perkuliahan? Apalagi, ia sudah tertinggal lima semester dari teman-temannya. Pertama kali masuk kuliah, otomatis Giri harus berada di kelas yang sama dengan juniornya.
Ia juga memikirkan akses perkuliahan setelah dirinya tidak bisa lagi melihat. Salah satu solusi yang ia lakukan adalah mengomunikasikan tantangan yang dihadapi dan kebutuhan selama proses belajar mengajar.