Berita Bantul Hari Ini

Bajingan di Bantul Kemas Wisata Naik Gerobak Sapi untuk Lestarikan Alat Transportasi Tradisional

Gerobak Sapi yang merupakan alat angkut barang dan orang sudah mulai langka ditemukan. Bagi warga yang masih memiliki Gerobak Sapi, kini mengalih

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari
Gerobak sapi yang kini jadi sarana wisata baru di Kabupaten Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Gerobak Sapi yang merupakan alat angkut barang dan orang sudah mulai langka ditemukan.

Bagi warga yang masih memiliki Gerobak Sapi, kini mengalihfungsikan Gerobak Sapi sebagai sarana wisata .

Seperti dilakukan oleh Paguyuban Gerobak Sapi Guyub Rukun yang menggagas Jodogkarta yaitu Jodog Karangasem Wisata.

Para Bajingan atau sebutan bahasa jawa dari kusir Gerobak Sapi berkumpul setiap pasaran Minggu Pon di lapangan Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Bantul .

Baca juga: Sebanyak 51 Persen Lansia di Kota Yogyakarta Sudah Jalani Vaksin Booster Covid-19

Tri Iswanto, Ketua Jodogkarta menyatakan bahwa ide untuk membuat wisata Gerobak Sapi muncul saat mereka menggelar pertemuan para Bajingan di Lapangan Jodog setiap minggu Pon.

Ternyata di sana banyak warga masyarakat yang berdatangan dan ingin merasakan sensasi naik Gerobak Sapi .

"Gerobak kan alat transportasi tradisional yang dulu pernah jaya dipakai untuk angkutan barang dan orang. Kebetulan saat ini tiap minggu pon ada pertemuan Gerobak Sapi di lapangan Jodog. Sayang kalau cuma pertemuan, ternyata banyak pengunjung ingin naik Gerobak Sapi," ungkapnya Rabu (23/2/2022).

Untuk sementara, wisata gerobak sapi digelar reguler tiap minggu pon atau 35 hari sekali setiap hari Minggu pasaran Pon.

Start keliling dengan gerobak sapi dari Lapangan Jodog, kemudian berkeliling di seputaran Jodog dan karangasem menikmati suasana pedusunan dan persawahan.

"Kami membentuk pengelola wisata dan ternyata antusias masyarakat setelah disebarluaskan di medsos cukup tinggi," imbuhnya.

Setidaknya yang tergabung dalam paguyuban tersebut ada 30-40 gerobak, namun yang datang untuk meramaikan Minggu Pon setidaknya ada 20 Gerobak Sapi.

"Tarifnya kita kenakan 70 ribu untuk satu gerobak, bisa dinaiki 5 orang dewasa atau anak-anak bisa 7 orang. Perjalanan kurang lebih 25 menit," urainya.

Meski diadakan setiap minggu pon, ternyata dari masyarakat banyak permintaan agar wisata tersebut dapat diadakan lebih sering. Misalnya satu minggu sekali.  

"Kemarin memang banyak permintaan, tapi sedang kita susun (jadwalnya). Tidak harus seminggu sekali, sewaktu-waktu bisa tapi harus pesan paling tidak seminggu sebelumnya," katanya.

Sementara pemilik gerobak berasal dari berbagai daerah di wilayah Bantul. Ada yang berasal dari warga sekitar Jodog, ada pula yang berasal dari Imogiri, Bambanglipuro dan lain-lain.  
 
Selain dimiliki oleh petani, ternyata banyak juga pemilik gerobak sapi yang berasal dari berbagai kalangan, seperti pegawai, ASN dan lain-lain.

"Pemilik gerobak sapi banyak dari petani, bahkan ada pegawai, ASN dan polisi. Kalau ASN dan polisi itu hobi untuk hiburan. Kebanyakan gerobak ini sudah tidak dipakai untuk angkutan barang, cuma ditaruh di rumah untuk pajangan. Karena sayang kalau cuma ditaruh di rumah, maka kita pakai untuk wisata baru ini," katanya.  

Seperti Arisdianto (32) warga Pajangan Bantul yang memiliki gerobak sapi warisan dari orang tuanya. Dia sendiri kesehariannya bekerja di bengkel.

Arisdianto adalah sosok generasi muda yang ikut melestarikan alat angkut tradisional ini.

"Ada kebanggan sendiri, ketika zaman sekarang banyak pakai kendaraan, tapi ada anak muda sekarang yang asyik pakai gerobak," tuturnya.

Ia mengakui bahwa saat ini gerobak sapi sudah tidak digunakan untuk mengangkut barang. Maka dari itu dirinya sangat bersemangat ketika ada komunitas yang mempopulerkan kembali gerobak sapi untuk wisata.

Menurutnya sensasi naik gerobak sapi berbeda dengan naik andong yang ditarik kuda.

"Kalau andong lebih cepat, tapi ini lebih santai, jalannya bisa dinikmati. Kadang di jalan juga jadi pusat perhatian," katanya.  

Baca juga: KPPU Yogyakarta akan Panggil 10 Distributor Minyak Goreng yang lakukan Tying, Pedagang Diminta Lapor

Sementara itu, Lurah Gilangharjo, Pardiyono menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melestarikan gerobak sapi.

Menurutnya gerobak sapi lekat dengan sejarah Panembahan Senopati yang babat alas ke Gilangharjo.

Konon, saat itu Panembahan Senopati datang dengan membawa gerobak sapi bersama pande besi. Maka dari itu, hingga saat ini juga masih banyak ditemukan pande besi di wilayah Gilangharjo.  

"Maka kami berkomitmen untuk melestarikan budaya yang masih berjalan ini sehingga nanti bisa dikemas menjadi pariwisata dan ini lah hasil karya transportasi nenek moyang kita, terutama Panembahan Senopati waktu dia mencari wisik (bisikan batin) untuk mendirikan kerajaan mataram islam di daerah kita ini.

Maka dari itu pihaknya bersepakat untuk memusatkan wisata gerobak sapi di Jodog, terlebih di sana juga dekat dengan Situs Selo Gilang Lipura yang merupakan peninggalan Panembahan Senopati, pendiri sekaligus raja pertama Mataram. (nto)  

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved