Podcast Tribun Jogja

Blak-blakan Bareng Mas Marrel (3-Habis): Menjaga Merapi, Ini Perjalanan Berat, Untuk Kebaikan

Karena Merapi itu tempat menjalankan sebuah tradisi keratin berupa labuhan sebagai sarana memanjatkan syukur.

Editor: ribut raharjo
Istimewa
RM Gustilantika Marrel Suryokusumo saat tampil di Podcast Tribun Jogja di NOX Coffee Jogja 

TRIBUNJOGJA.COM - Masih di Podcast Tribun Jogja, menghadirkan tamu istimewa, RM Gustilantika Marrel Suryokusumo, cucu Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Dipandu host Yudha Kristiawan, sosok yang akrab disapa Mas Marrel ini melanjutkan kisahnya tentang blusukan ke lereng Gunung Merapi.

Dia mengatakan, semua berawal dari dhawuh untuk menjaga Gunung Merapi. Mengapa? Karena Merapi itu tempat menjalankan sebuah tradisi keratin berupa labuhan sebagai sarana memanjatkan syukur.

“Tapi ternyata lingkungan rusak. Ada tiga titik labuhan itu sekarang tinggal satu, istilahnya ini karena tidak dijaga. Ada dhawuh lingkungan ini harus dijaga, dhawuh ini harus dijalanin,” ungkapnya.

Kemudian dia tanpa sengaja bertemu satu warga. Saat itu dia tengah menjalankan pekerjaan sebagai tukang parkir. Dia mengeluh air sudah keruh.

“Bener-bener dia duduk ngeluh. Saya mendengarkan. Kemudian (saya) dikenalkan dengan teman-teman yang bergerak di bidang lingkungan,” kenangnya.

“Sebagai orang Jawa, lingkungan (Merapi) ini harus dijaga. Kita berjalan terus, kita nggak ada target, kita bersama orang-orang yang teguh,” katanya.

Dari perjalanannya kemudian dia mendengar dari warga yang mendapat intimidasi dari oknum. Malah ada yang ngaku-ngaku sebagai kerabat keraton.

Oknum itu menunjukkan sebuah acara foto bareng dengan keluarga keraton dan foto ini dipakai untuk intimidasi itu.

“Ada oknum yang nyebar cerita, dipanggil keraton untuk menyampaikan pesan ke perusahaan ini begini. Malah (saya) sempat juga didatangi orang. Bahkan disebar cerita kalau Marrel ngopyak-ngopyak tambang mau minta mobil. Padahal ini dari masalah lingkungan, kok malah sampai ke sini. Ini harus diselesaikan,” paparnya.

Bahkan Mas Marrel juga tahu sendiri, mendegar sendiri bagaimana modus orang menjual nama keraton.

“Support teman-teman yang memiliki visi misi menjaga lingkungan, wisata lingkungan ini bikin semangat,” katanya.

Kemudian Mas Marrel matur, mengomunikasikan ke GKR Mangkubumi dan Sri Sultan Hamengkubuwono X agar bersama mendukung penjagaan lingkungan, wisata dan lainnya.

“Ngarso Dalem setuju tapi harus ada alih profesi (menambang), sebab nggak bisa setop orang mencari makan, harus ada solusi, nggak mungkin langsung setop,” katanya.

Bahkan sekarang banyak tanah keraton oleh GKR Mangkubumi diserahkan kepada warga untuk dikelola seperti untuk wisata, pertanian.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved