Berita Kabupaten Magelang Hari Ini
Pagelaran Ruwat Rawat Borobudur ke-20 Tahun, Refleksi Mengembalikan Nilai Spiritual Saat Pandemi
Hajatan seni budaya Ruwat Rawat Borobudur (RRB) yang ke-20 tahun, kembali digelar sebagai refleksi mengembalikan nilai spritual di tengah pandemi.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Hajatan seni budaya Ruwat Rawat Borobudur (RRB) yang ke-20 tahun, kembali digelar sebagai refleksi mengembalikan nilai spritual di tengah pandemi.
Acara ini, berlangsung di Pelataran Taman Wisata Candi Borobudur, Rabu (09/02/2022).
Tradisi Ruwat Rawat Borobudur merupakan mekanisme sosial untuk Meruwat dan Merawat, untukĀ menjaga kebersamaan sehingga cita-cita yang dibuat diteguhkan kembali.
Baca juga: Invermectin dan Terapi Plasma Konvalesen Resmi Dicabut dari Pedoman Medis Covid-19, Ini Alasannya
Kegiatan diawali dengan puluhan orang mengarak Gunungan yang terbuat dari buahan-buahan dan sayuran mengelilingi Candi Borobudur.
Kemudian, dilanjutkan dengan pembacaan puisi sebagai renungan perjalanan tradisi Ruwat Rawat Candi Borobudur yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun.
Tokoh budaya Ruwat Rawat Borobudur, Sucoro mengatakan, pagelaran kali ini mengingatkan pada musibah pandemi yang sudah dilalui hampir tiga tahun lamanya.
"Perjalanan ini (Ruwat Rawat Candi) kami catat dalam buku dengan judul 'Sinau Maca Kahanan'. Di mana, saat Covid-19 yang panjang hampir tiga tahun ini, kami masih bisa eksis mempersembahkan dan menjelaskan pada dunia, itulah peran masyarakat untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian,"terangnya usai kegiatan pada Rabu (09/02/2022).
Ia menambahkan, kegiatan ini sekaligus untuk menyakinkan pada pemerintah bahwa upaya pelestarian itu sangat penting.
Sehingga, visinya jangan hanya untuk menjual sebagai pariwisata tetapi tetap mempertimbangkan pengetahuan tentang kehidupan.
"Oleh karena itu, sesuai dengan tema yang kami angkat yakni 'Mengembalikan Ruh Spritual Borobudur Melalui Tradisi', baru membicarakan bagaimana memanfaatkan sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Sebaran Covid-19 di Klaten Kian Menanjak, Kapolres Minta Warga Lakukan 2 Hal Ini
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati mengatakan, sangat mengapresiasi dalam mempertahankan tradisi Ruwat Rawat yang sudah berjalan puluhan tahun itu.
"Untuk mempertahankan kegiatan yang berkelanjutan itu, tidak mudah. Namun, kegiatan ini bisa membangun ekosistem dan mempunyai jejaring dengan Kabupaten lain, tidak hanya di Borobudur," ucapnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan sesuatu yang bagus dan tetap dipertahakan.
"Dan, RRB ini juga bisa menjadi pionir untuk pelestarian kebudayaan di tempat manapun. Bisa jadi meodel seperti ini, yang dari masyarakat atas kepedulian melestarikan kebudayaan yang ada," urainya. (ndg)