Feature
KISAH Pak Musimin Sang Pelestari Anggrek Lereng Gunung Merapi
Musimin enggan disebut pakar anggrek atau bapak anggrek meski kiprahnya membudidayakan anggrek sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
“Ya, kalau akhir pekan begini kadang ramai. Ini katanya ada mahasiswa yang mau ke sini, tapi belum dipastikan lagi. Hujan terus tidak menentu, kasihan kalau mereka harus ke atas,” paparnya sembari tersenyum, di satu hari akhir tahun lalu.
Tanpa basa-basi lebih panjang, Musimin memperkenalkan rumah hijau berukurang 6x15 meter, tempatnya membudidayakan anggrek-anggrek itu yang terletak di belakang rumah.
Satu per satu, Musimin memperkenalkan anggrek yang berhasil ia budi daya, termasuk Vanda tricolor yang begitu terkenal di kalangan pecinta anggrek.
Dengan teliti, Musimin menunjuk beberapa tanaman anggrek, seperti Galeola javanica, Luisia javanica, dan sederet Dendrobium yang ia gantung satu per satu dengan rapi di sebilah kayu.
Kecintaan Musimin terhadap anggrek memang sudah lama. Apalagi ketika letusan Gunung Merapi meluluhlantakkan kawasan Turgo di tahun 1994.
Sejak itu, ia berusaha untuk mengumpulkan anggrek-anggrek yang mati terkena sapuan awan panas. Di tahun 2001 ketika kebakaran melanda Hutan Turgo, membuatnya semakin gigih berburu anggrek endemik Gunung Merapi.
“Anggrek itu mahkota hutan. Makanya sejak 1996, saya cari-cari semampu saya anggrek-anggrek yang dulu hilang tersapu awan panas. Perlahan-lahan, sambil saya tanyakan ke ahlinya apa nama latin dari anggrek yang saya temukan,” ungkap Musimin.
Kerja kerasnya itu pun membuahkan hasil.
Dia mampu mengumpulkan 110 spesies anggrek lokal kawasan Gunung Merapi dari total 173 spesies.
Dengan begitu, anggrek-anggrek endemik itu tidak lagi disebut langka karena sudah dibudidayakan oleh Musimin.
“Ini saya tidak pakai pupuk atau apa, ya, untuk membudi daya ini. Paling 3 hari sekali sudah disiram agar mereka terkena air. Anggrek-anggrek ini harus bisa berdiri sendiri agar tetap hidup ketika kembali ke habitat,” paparnya sembari membersihkan hama-hama yang menempel di tanamannya. (Ardhike Indah)
Baca Tribun Jogja edisi Rabu 9 Februari 2022 halaman 01