Feature

KISAH Pak Musimin Sang Pelestari Anggrek Lereng Gunung Merapi

Musimin enggan disebut pakar anggrek atau bapak anggrek meski kiprahnya membudidayakan anggrek sudah tidak bisa dipandang sebelah mata.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA
Gunung Merapi 

Sebelum pandemi, Musimin sering membantu siswa-siswa sekolah untuk mengenal lebih dekat tentang anggrek dan alam sekitar.

“Kalau dulu, sebelum pandemi, ada siswa sekolah yang ke sini untuk ikut mengamati konservasi. Bukan hanya yang setara SMA, ya, bahkan TK begitu juga sering ke sini,” ucap Musimin sembari tersenyum.

Biasanya, ia akan mengajak anak-anak sekolah untuk mengingat-ingat ciri-ciri anggrek yang ada.

Ketika mereka diajak berjalan di kawasan Turgo, mereka akan diminta menyebutkan jenis anggrek yang terlihat.

Apabila mereka mampu menyebutkan setidaknya tiga jenis anggrek, mereka berhak membawa pulang anggrek untuk bisa dipelihara di rumah.

“Sekarang sudah jarang, ya, karena pandemi juga. Dulu saya sering menyiapkan 20 anggrek. Kalau ada 20 orang yang bisa sebutkan tiga jenis anggrek, ya, 20 anggrek bisa dibawa pulang oleh mereka,” ungkapnya tertawa.

Dari kegiatan itu, harapan Musimin hanya satu, yakni ada lebih banyak orang mau melestarikan alam dan seisinya, termasuk anggrek.

Sehingga, anggrek-anggrek langka tidak akan punah dan bisa kembali menjadi mahkota hutan.

Enam tahun setelah pertama kali tim Tribun Jogja menyambangi rumah Musimin, ternyata ada banyak kemajuan yang tercatat di tempat budi daya anggrek miliknya.

Musimin menunjukkan anggrek jenis langka yang berhasil dibudayakan di green house yang berada di dusun Turgo, Purwobinangun, Pekem, Sleman, Sabtu (21/2/2015).
Musimin menunjukkan anggrek jenis langka yang berhasil dibudayakan di green house yang berada di dusun Turgo, Purwobinangun, Pekem, Sleman, Sabtu (21/2/2015). (Tribun Jogja/Santo Ari)

Musimin adalah seorang laki-laki yang dalam dua dekade belakangan bergelut membudidayakan anggrek, termasuk spesies anggrek langka dan hampir punah yang pernah tumbuh di lereng Gunung Merapi.

Hingga kini, ia sudah membudidayakan sekitar 170 jenis anggrek. Jumlah ini bertambah dari tahun 2015 yang hanya 80 jenis anggrek saja.

Rumah Musimin berada di satu tempat di mana dia membangun dua rumah hijau untuk budi daya anggreknya.

Terletak 6 km dari Gunung Merapi, dari jalan utama, rumah laki-laki paruh baya itu berada di dataran yang lebih tinggi dengan jalan setapak berbatu yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, termasuk sepeda.

Sehingga, siapa pun yang berkunjung, harus sabar memacu kendaraannya sampai ke atas demi mencapai tempat budidaya anggrek milik Musimin.

Satu rumah hijau di depan diberi poster ‘Budi Daya Anggrek Merapi Bp Musimin’ untuk memudahkan pengunjung memastikan bahwa mereka mengunjungi tempat yang tepat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved