Gejala Omicron Pada Bayi, Anak, Dewasa dan Lansia, Adakah Perbedaannya?
Setelah varian Delta mengamuk pada medio Juni, Juli, Agustus 2021 lalu, kini giliran varian Omicron yang mengganas dalam penularan.
Kendati demikian, dokter paru di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Erlang Samoedro, mengungkapkan bahwa gejala Omicron pada anak-anak biasanya lebih ringan.
“Hanya mungkin kalau yang di anak itu biasanya lebih ringan dan jarang sampai yang gejala berat,” ujar dr. Erlang Samoedro saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (7/2/2022).
Erlang Samoedro juga menambahkan bahwa varian Omicron ini berbeda dengan varian sebelumnya, yaitu varian Delta.
Varian Omicron menyerang saluran pernapasan bagian atas sehingga gejalanya cenderung lebih ringan.
Selain itu, karena menyerang saluran pernapasan bagian atas, anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun dan terpapar varian Omicron biasanya akan mengalami gejala batuk yang terdengar keras.
Diberitakan dalam Kompas.com (28/01/2022) Ramagopal menyebutkan, varian Omicron menyebabkan infeksi saluran napas bagian atas yang menyebabkan batuk yang khas.
Saluran atas pada anak-anak lebih sempit dari orang dewasa sehingga mengakibatkan gejala batuk keras.
Gejala Omicron pada orang dewasa dan lansia Gejala pasien dewasa yang terpapar varian Omicron hampir sama yaitu pilek, sakit kepala, demam, kelelahan, dan sakit tenggorokan.
Pada varian Omicron tidak ditemui gejala penurunan fungsi indra penciuman dan perasa seperti yang sebelumnya ditimbulkan oleh varian Delta.
Adapun gejala berat varian Omicron bisa dialami oleh segala usia. Hanya saja lansia yang terpapar varian Omicron berpotensi lebih besar mengalami gejala berat.
“Yang paling sering bergejala berat biasanya pada orang tua yang punya penyakit-penyakit lain dan komorbid yang berat juga,” jelas dr. Erlang Samoedro.
Penanganan pertama penderita varian Omicron
Meskipun bergejala ringan, penyebaran varian Omicron sangat cepat.
Dikutip dari laman Kemenkes, dr. Nadia menyebutkan ada kemungkinan Indonesia akan menghadapi kenaikan kasus yang tinggi dalam 2 hingga 3 minggu ke depan.
Kemenkes juga menganjurkan agar masyarakat yang terpapar tetapi tidak bergejala atau hanya gejala ringan, cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpadu dengan memanfaatkan layanan telemedisin jika tersedia atau dapat melapor ke Puskesmas terdekat.