Berita Kesehatan
Benarkah Minum Lebih Banyak Air Putih Bisa Cegah Penyakit Ginjal? Simak Penjelasannya
Minum lebih banyak air putih bisa menjadi terapi yang efektif untuk mencegah batu ginjal. Lantaran mampu membantu membersihkan natrium, urea dan osmol
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Banyak yang meyakini bahwa minum lebih banyak air putih bisa membantu mencegah penyakit ginjal. Ini akan menghindarkan dari risiko batu ginjal hingga ginjal kronis. Pertanyaannya, apakah memang benar demikian?
William F. Clark Ahli Nefrologi, Pusat Ilmu Kesehatan London, dan Jessica M. Sontrop Ahli Epidemiologi, West University London, dalam artikel The Lancet mengatakan bahwa banyak klaim kontroversial terkait hubungan antara hidrasi dan kesehatan. Namun demikian, kini memang semakin banyak bukti yang mendukung pengaruh positif peningkatan asupan air dan fungsi ginjal.
Menurut mereka, minum lebih banyak air putih bisa menjadi terapi yang efektif untuk mencegah batu ginjal. Lantaran asupan air yang banyak mampu membantu membersihkan natrium, urea, dan osmol.

Pedoman merekomendasikan peningkatan asupan air untuk mencapai volume urin minimal 2,0 sampai 2,5 liter sehari untuk mencegah kekambuhan batu ginjal.
Sementara itu, beberapa penelitian observasional mengungkapkan bahwa asupan air yang tinggi dapat melindungi ginjal. Dalam sebuah penelitian besar di Kanada, volume urin yang lebih tinggi memprediksi penurunan ginjal yang lebih lambat selama enam tahun masa tindak lanjut.
Serupa, dua analisis cross-sectional dari kohort Australia dan Amerika juga melaporkan hubungan terbalik antara asupan air yang dilaporkan sendiri dan penyakit ginjal kronis (CKD).
Adapun dalam kondisi hidrasi rendah atau kurangnya asupan cairan, ginjal menghasilkan urin yang lebih pekat. Bukti dari penelitian pada hewan menunjukkan bahwa konsentrasi urin yang lebih tinggi dapat menyebabkan hiperfiltrasi glomerulus dan mengembangkan albuminuria. Paparan deplesi volume plasma kronis juga dapat membuat ginjal lebih rentan terhadap cedera subklinis.
Pada akhir 1990-an, terdapat temuan mengejutkan di antara pekerja tebu di Amerika Tengah dan Meksiko Selatan. Di mana sebagian besar mereka mengalami penyakit ginjal kronis.
Penyebab epidemi ini kemungkinan multifaktorial. Namun, banyak ilmuwan sekarang percaya bahwa stres panas akibat kerja yang parah dan dehidrasi memainkan peran utama.
Pemanenan tebu melibatkan pengangkatan berat selama berjam-jam dalam kondisi yang sangat panas. Banyak pekerja mengalami dehidrasi berulang dan stres panas, yang dapat menyebabkan penipisan volume berulang dan cedera ginjal subklinis yang seiring waktu dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen.
Kemungkinan bahwa dehidrasi akibat panas dapat meningkatkan risiko cedera ginjal dan ginjal kronis memiliki implikasi global. Stres panas kerja juga dapat menjelaskan kelebihan penyakit ginjal di Sri Lanka, India, dan Brasil.
Para ilmuwan sekarang memeriksa apakah panas yang ekstrim mempengaruhi hasil ginjal pada populasi yang rentan di Australia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan efek perlindungan dari peningkatan asupan air pada ginjal. Bukti ini sebagian besar berasal dari studi observasional, yang tunduk pada bias perancu dan seleksi. (*)
-----------
- Clark WF, Sontrop JM, Huang S-H, Moist L, Bouby N, Bankir L. Hydration and Chronic Kidney Disease Progression: A Critical Review of the Evidence. Am J Nephrol 2016; 43: 281–92.
- Clark WF, Sontrop JM, Macnab JJ, et al. Urine Volume and Change in Estimated GFR in a Community-Based Cohort Study. Clin J Am Soc Nephrol 2011; 6: 2634–41.
- Sontrop JM, Dixon SN, Garg AX, et al. Association between water intake, chronic kidney disease, and cardiovascular disease: A cross-sectional analysis of NHANES data. Am J Nephrol 2013; 37: 434–42.
- Strippoli GF, Craig JC, Rochtchina E, Flood VM, Wang JJ, Mitchell P. Fluid and nutrient intake and risk of chronic kidney disease. Nephrol 2011; 16: 326–34.
- Wesseling C, Crowe J, Hogstedt C, Jakobsson K, Lucas R, Wegman DH. Resolving the enigma of the mesoamerican nephropathy: a research workshop summary. Am J Kidney Dis 2014; 63: 396–404.