Pasien Omicron Tanpa Mengalami Gejala dan Banyak Yang Cepat Sembuh
Budi Gunadi Sadikin menyebut, mayoritas pasien Omicron di Indonesia tidak mengalami gejala dan selebihnya bergejala ringan.
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, mayoritas pasien Omicron di Indonesia tidak mengalami gejala dan selebihnya bergejala ringan.
Saat ini, 34 di antaranya telah dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke rumah.
"Sebanyak 152 kasus itu lebih setengahnya adalah tanpa gejala. Setengahnya lagi adalah sakit ringan. Artinya tidak membutuhkan oksigen saturasi, karena masih di atas 95 persen. Dan 23 persennya atau 34 orang sudah sembuh dan sudah kembali ke rumah," kata dia dalam konferensi pers virtual, Senin (3/1/2022).
Ia mengatakan, meski jumlah kasus varian Omicron terus bertambah namun perawatan serius di rumah sakit tidak mengalami kenaikan.
"Jadi kita melihat bahwa sampai sekarang tidak ada yang membutuhkan perawatan yang serius di rumah sakit, cukup dikasih obat dan vitamin mereka sudah bisa kembali ke rumah," imbuh mantan dirut Bank Mandiri ini.
Adapun jumlah kasus Covid-19 varian Omicron disampaikan Budi per hari ini bertambah 16. Dengan demikian, total varian Omicron di Indonesia menjadi 152 kasus.
Dari 152 kasus tersebut Budi mengatakan, enam diantaranya merupakan transmisi lokal, seperti di Jakarta, Bali, dan Surabaya. "Jadi kita tetap harus selalu waspada," pesannya.
Ia menambahkan, rendahnya angka perawatan pasien Omicron di rumah sakit juga ditengarai adanya vaksin Covid-19 yang memberi perlindungan.
"Walaupun perlindungan antibodinya yang berasal dari vaksin bisa dilalui tapi perlindungan intiselnya masih melindungi cukup baik. Itu yang menjelaskan kenapa angka perawatan yang masuk rumah sakit dan fatal lebih rendah," jelas Menkes Budi.
Varian Omicron sejak kemunculannya memang menyulut keresahan di dunia. Varian Omicron memang disebut lebih cepat menularkan dari pada varian Delta. Menurut Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, ada struktur pada virus yang menyebabkan lebih cepat masuk ke dalam sel manusia.
"Setelah masuk pun perubahan sifat karena mutasi. Omicron bisa replikasi, menghasilkan partikel virus lebih besar. Kalau varian lain hanya satu partikel virus menghasilkan 50, Omicron bisa lebih banyak yaitu 100," ujarnya.
Hal ini yang menyebabkan penularan lebih cepat dan lebih banyak orang. Tapi menurut Amin Soebandrio, dari mutasi terjadi virus itu justru tidak bisa menimbulkan berbagai kelainan berat.
"Kita ketahui mutasi terjadi pada virus itu tidak semua virus lebih fit. Sekitar 45 persen justru membuat virus mati, 30 persen lebih lemah, 20 persen tidak menyebabkan perubahan apa pun. Sedangkan 4-5 persen dari mutasi menyebabkan virus lebih fit," katanya.
Dari sekian banyak virus SARS-CoV-2 yang bermutasi, ada sekitar 50 mutasi yang terefikasi di Omicron. Sehingga hal ini menyebabkan virus menjadi menurun.
"Jadi tidak menyebabkan gejala klinis yang berat. Itu salah satu secara alami selalu begitu. Kalau mengalami gejala berat, tidak menyebar lebih cepat," papar Amin Soebandrio.
