Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Soal Klitih, Sosiolog UGM : Pemerintah Cari Akar Masalahnya

Pola kriminalitas di Yogya dan sekitarnya, berupa kenakalan remaja atau klitih, baik skala kecil maupun besar perlu dipetakan dalam penyelesaiannya.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh
Ilustrasi Klitih 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Layaknya jamur di musim hujan, aksi kejahatan jalanan yang seringkali disebut klitih kembali dijumpai setelah beberapa bulan tak tampak.

Korban terbaru, seorang remaja berinisial D (16) mengalami luka bacok pada bagian punggung juga tangannya.

Remaja asal Caturtunggal, Depok, Sleman itu menjadi korban aksi kejahatan jalanan pada Senin (27/12/2021) dini hari, tepatnya di Kalurahan Sinduharjo, Ngaglig, Sleman.

Sosiolog Universitas Gajah Mada (UGM), Arie Sujito mengatakan, pola kriminalitas di Yogyakarta dan sekitarnya, berupa kenakalan remaja atau klitih, baik skala kecil maupun besar itu perlu dipetakan dalam penyelesaiannya.

Baca juga: Tercatat Ada 17 Kasus Klitih di Kota Yogyakarta Sepanjang Januari 2021 hingga Hari Ini

Sebab menurutnya terdapat problem struktural yakni terkait belum adanya ruang untuk berekspresi yang mampu menjawab keinginan masyarakat.

Lalu persoalan kedua yang harus dipetakan yakni terkait problem identitas yang dialami kalangan remaja.

“Klitih itu kan oleh mereka (remaja) menjadi bentuk heroisme, tetapi kan itu keliru. Lalu problem ketiga mereka muncul karena adanya tekanan, hambatan dari kondisi sosial dan akhirnya meledak,” katanya, Senin (27/12/2021).

Menariknya pada beberapa kali wawancara, pihak kepolisian selalu mengajak masyarakat turut berperan aktif untuk bersama-sama menjaga lingkungan masing-masing dari aksi klitih.

Beberapa kelompok relawan dari masyarakat sipil kemudian hadir melabeli komunitasnya sebagai pemburu klitih.

Sayangnya upaya itu belum mengakhiri kriminalitas jalanan yang rata-rata dilakukan oleh kalangan remaja di Yogyakarta dan sekitarnya.

Interpretasi ini dinilai Arie Sujito berlebihan jika dalam kasus ini pihak kepolisian telah gagal memenuhi upaya konkret menyelesaikan kasus klitih di Yogyakarta dan sekitarnya.

“Karena menurutku ini bukan hanya persoalan hukum saja, dan bukan tugas Polisi saja. Ini tugas pemerintah dan masyarakat. Kalau ini diserahkan polisi saja gak bisa. Polisi hanya menangani posisi darurat,” terang dia.

sehingga, lanjut Arie, yang semestinya mencari akar permasalahan kenakalan remaja itu berada dikalangan pemerintah.

Baca juga: Teror Kejahatan Jalanan di Sleman Belum Berakhir

“Tugas pemerintah mencari akarnya. Kemudian masyarakat akan teredukasi,” tegas Dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM itu.

Dia menambahkan, mengurai benang kusut kenakalan remaja di Yogyakarta perlu adanya pendekatan kombinasi.

“Negara perlu memberi ruang anak muda dalam musik, olahraga, teknologi dan macam-macam. kemudian problem selain ruang tadi juga problem masyarakat. Jangan diberi stigma kepada mereka, tapi dicari akarnya,”ungkapnya.

Selain itu semua, Arie Sujito juga berpendapat faktor kenakalan remaja juga dipicu oleh problem kemiskinan, pengangguran dan masalah sosial lainnya.

“Kemiskinan menjadi masukan, pengangguran juga punya kontribusi atas problem itu. Jadi menurutku ini bukan tugas polisi saja. Ini tugas pemerintah dan masyarakat,” pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved