Kisah Desainer Tari Made Pulang dari New York Indonesia Fashion Week 2021, Kenalkan Batik di Amerika
Desainer asal Yogyakarta, Tari Made baru saja pulang ke Indonesia setelah mengikuti perhelatan parade busana di New York Indonesia Fashion
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Desainer asal Yogyakarta, Tari Made baru saja pulang ke Indonesia setelah mengikuti perhelatan parade busana di New York Indonesia Fashion Week (NYIFW).
Banyak hal yang ia dapatkan dari pagelaran yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York, 4-19 September 2021 lalu.
“Saya ke NYIFW itu karena undangan dari KJRI, dimana untuk pertama kali KJRI melakukan parade busana, mengangkat tema Indonesia,” kata Tari Made ketika bercerita kepada wartawan di Atrium Hartono Mall, beberapa waktu lalu.
Tari mengatakan, dirinya membawa 10 outfit busana batik bermotif flora dan semuanya terjual habis setelah sesi pagelaran.
Baca juga: Bantu Reaktivasi, Desa Wisata di Gunungkidul Dapat Dana Hingga Rp 35 Juta
10 outfit itu memiliki corak seperti penari Bali dan Dewi Sri, membuat siapapun yang melihat berdecak kagum.
“Sampai di sana, saya juga persentasi terkait batik ini. Media sana benar-benar apresiasi, karya seni orang Indonesia itu luar biasa. Mereka tidak menduga bahwa batik itu dibuat dengan menghubungkan garis dan titik,” kata Tari.
Ia mengaku senang, banyak tamu yang mulai memahami proses pembuatan batik tidak mudah. Sehingga, batik bisa dikenal lebih luas kepada orang asing.
Misinya ke New York memang ditujukan untuk mengenalkan riwayat batik kepada orang-orang baru.
Menurutnya, saat ini, banyak pengrajin batik yang sedikit tersudut dengan adanya kemajuan teknologi.
“Di era maju seperti ini, pembuatan batik tidak perlu mencanting. Industri mulai berkembang. Batik printing banyak disukai karena harganya lebih terjangkau. Maka, saya ingin memanfaatkan momentum ini untuk mengenalkan ragam batik, khususnya batik tulis,” paparnya.
Lebih lanjut, dalam presentasi itu, Tari menjelaskan kepada penonton bahwa batik ini adalah kain yang ramah lingkungan, warisan leluhur dan harus dilestarikan.
“Dulu, nenek moyang kita kan berawal tidak pakai baju, terus pakai baju kain putih, itu pun untuk kalangan orang tertentu. Apabila ingin motifnya tidak putih terus, maka harus menggoreskan warna-warna alam. Itu lah yang disebut batik,” katanya.
Tidak hanya itu, Tari juga berupaya untuk mendukung pengrajin batik untuk berkarya sesuai dengan keinginannya karena kreasi apapun akan diterima.
“Pembatik, berkreasilah sesuai kata hati, diniati dengan rasa ikhlas, senang dan tidak perlu takut. Saya mempresentasikan karya saya di New York dan ternyata diterima pasar. Banyak pembeli yang ingin batik bagus. Maka, Februari 2022 nanti saya tertantang untuk kunjungi New York lagi,” ucap Tari.
