Berita Kota Yogya Hari Ini

Khawatir Tidak Laku, PKL Kuliner Malioboro Keberatan Direlokasi ke Eks Bioskop Indra

Penolakan terhadap wacana relokasi bagi para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta kembali berkumandang.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Perwakilan dari beberapa paguyuban PKL kuliner Malioboro yang menyatakan keberatan terkait wacana relokasi ke eks Bioskop Indra, Minggu (28/11/2021). 

"Itu kan ibaratnya kita dimasukkan dalam tabung yang lubangnya ditutup. Di sana tidak ada yang mau masuk, saya yakin itu. Siapa yang akan beli dimsana? Tidak ada yang mau menjamin kalau jualan kita nggak laku," ucapnya. 

"Harusnya, pedagang di sirip-sirip itu yang diperhitungkan dulu. Mereka pedagang liar loh, tapi malah kita yang punya izin yang direlokasi, sedangkan yang tidak berizin kok kesannya dibiarkan begitu," tambah Yanti. 

Saat ini, terangnya, para penjaja kuliner Malioboro hanya bisa mengharap kebijaksanaan dari Wali Kota, maupun Gubernur, agar wacana relokasi bisa dipertimbangkan lagi.

Apalagi, pihaknya kini tengah merintis kembali kebangkitan, setelah terpuruk hampir dua tahun lamanya. 

Baca juga: Waktu Kunjung di Malioboro Dipantau via Aplikasi Sugeng Rawuh, Ini Kendalanya

"Di sana tempatnya bagus, di gedung, legalitas ada. Tapi, yang kita butuhkan itu jualannya payu. Makanya, kami minta para pemangku kebijakan mengevaluasi kebijakan itu. Terus terang, kami orang kecil ini menangis loh, kondisi seperti ini, hutang sudah menumpuk," keluhnya. 

Sementara Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM), Desio Hartonowari mengatakan, sejatinya Pemkot bisa melihat realita Malioboro setiap Selasa Wage, dimana para PKL meliburkan diri.

Pada hari tersebut, lanjutnya, otomatis kawasan Malioboro sepi wisatawan. 

"Bisa dilihat sebenarnya, ya, setiap Selasa Wage itu, bus-bus wisatawan banyak yang mengurungkan niatnya, dan tidak jadi datang ke Malioboro. Itu terlihat sekali," katanya. 

Bukan tanpa alasan, Desio menilai, PKL sudah menjadi salah satu ikon bagi kawasan Malioboro, dan terbukti berhasil menarik wisatawan untuk datang.

Karenanya, ia mengaku terheran-heran, ketika pemerintah malah mengapungkan wacana 'bersih-bersih' dengan dalih penataan. 

"Di sini magnet terbesarnya, ya, PKL, sama kuliner lesehan, yang sudah menjadi aset Malioboro. Tapi, kok sekarang mau dihilangkan. Kalau rohnya itu hilang, orang tidak mau lagi datang, apa itu tidak dipikirkan," cetusnya. 

Baca juga: Pengunjung Malioboro Melonjak, Pemkot Yogyakarta Kesulitan Terapkan Aplikasi Sugeng Rawuh

Menurutnya, dalam agenda sosialisasi tempo hari, Pemkot Yogyakarta sudah menegaskan, bahwa setelah para PKL lama direlokasi, maka pedestrian Malioboro otomatis akan bersih.

Hanya saja, ia tidak sepenuhnya mempercayai. 

"Katanya pemerintah, kalau kita sudah pergi, pedagang asongan tidak boleh masuk, kita percaya? Tidak. Satu contoh, titik nol itu berapa kali direlokasi, dipindah lalu tumbuh lagi. Terus kita disuruh percaya begitu saja," ujarnya. 

Terpisah, ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti, enggan menanggapi keluhan para PKL mengenai wacana relokasi itu.

Ia hanya menyampaikan, bahwa dalam waktu dekat, pihaknya bakal memberikan pernyataan secara resmi melalui awak media. 

"Nanti akan kita sampaikan, ini akan segera kita sampaikan pada teman-teman media. Segera," tutupnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved