Literasi Digital Netizen Fair 2021 Ajak Masyarakat Berlorenasi Dengan Internet
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar Literasi Digital Netizen Fair (LDNF) 2021. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 23 dan 24
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar Literasi Digital Netizen Fair (LDNF) 2021. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 23 dan 24 November 2021.
Literasi Digital dilaksanakan secara serentak di Indonesia. Ada 514 kabupaten/kota pada 34 provinsi yang terlibat, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di ballroom Hotel Merapi Merbabu.
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A Pangerapan mengatakan pengguna internet di Indonesia bertambah sejak adanya pandemi Covid-19.
Sehingga diperlukan literasi digital, agar masyarakat lebih efektif dan produktif dalam memanfaatkan internet.
Baca juga: PSIM Yogyakarta 1-0 PSG Pati, Seto Nurdiyantoro: Perjuangan Belum Selesai!
Harapannya masyarakat bisa memiliki empat nilai kecakapan digital. Empat kecakapan digital tersebut adalah etika digital, budaya digital, keterampilan digital, dan keamanan digital.
Agar masryakat semakin cakap, maka pihaknya perlu melakukan literasi digital secara masif.
"Di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak sekali kegiatan yang beralih ke digital. Sehingga penguatan literasi sangat dibutuhkan, agar masyrakat bisa memanfaatkan teknologidengan baik," katanya secara virtual dalam Literasi Digital Netizen Fair 2021 di Hotel Merapi Merbabu, Rabu (24/11/2021).
"Kominfo sebagai garda terdepan, yang memimpin upaya transformasi digital, kami punya peran sebagai regulator dan fasilitator. Sehingga harus dilaksanakan secara masif dan menjangkau seluruh masryakat. Jangan sampai ada yang ketinggalan," sambungnya.
Pada kegiatan tersebut netizen Yogyakarta diajak untuk mendengarkan talkshow dengan beberapa pembicara. Salah satunya adalah Nina Ulfah N Gaffar yang merupakan Praktisi Pariwisata dan Relawan MAFINDO. Nina mengungkapkan budaya digital membentuk cara berkomunikasi.
Sejak pandemi, semua kegiatan beralih ke digital, mulai dari sekolah, bahkan belanja. Masyarakat yang dulunya tidak familier dengan aplikasi-aplikasi, saat ini menjadi lebih paham.
"Orang yang nggak melek digital pun sekarang mengubah perilakunya. Ini kemudian membuat cara kita berkomunikasi juga berubah. Ada perubahan juga dalam kita berinteraksi. Kalau dulu semua indera kita bekerja. Saat ini karena ada batasan layar, paling hanya tiga indera yang terangsang. Itu juga yang membuat rasa empati dan simpati kita berubah," ungkapnya.
Ia mengajak agar masyarakat lebih cerdas dalam memanfaatkan intenet. Meskipun ada kebebasan berekpresi, namun tidak ada perbedaan antara daring dan luring. Menurut dia, kegiatan bersosialisasi saat luring tidak berbeda dengan daring. Sehingga dalam memanfaatkan intenet juga harus bertoleransi.
"Jangan sampai kita kehilangan toleransi. Sejak kecil kita sudah diajarkan rambu-rambu, ada agama, ada Pancasila yang mengingatkan bahwa kita warga Indonesia. Bermedsos juga untuk merajut toleransi, dan harus dimulai dari diri kita sendiri," ujarnya.
Pesan yang sama juga disampaikan oleh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Indah Wenerda.