Cerita Haru Transpuan di Yogyakarta Selama Pandemi Covid-19, Bertahan Hidup dari Uluran Dermawan

Cerita Haru Transpuan di Yogyakarta Selama Pandemi Covid-19, Bertahan Hidup dari Uluran Dermawan

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja/Istimewa
Aksi Endang, transpuan yang mengamen di pertigaan Jalan Ring Road Utara 

Itu pun kalau sedang ramai. Kalau tidak, mereka bisa pulang dengan tangan hampa.

Endang dan Ningsih sering pergi mengamen bersama Erni, seorang teman transpuan yang juga tinggal di indekos tersebut.

“Kalau silver itu masuk, ya silahkan, kami tu gak mau ramai aja. Jadi ya bagi-bagi rezeki juga,” jelas Endang lagi.

Baca juga: Belasan Kambing Warga di Gunungkidul Kembali Ditemukan Mati Misterius, Terluka di Leher dan Paha

Tunggu Bantuan

Hidup keduanya yang sejak awal tidak menentu semakin buyar tatkala pandemi tiba. 

Ningsih maupun Endang bertahan hidup dengan bantuan-bantuan yang datang dari para dermawan.

Apalagi, usia mereka yang tidak lagi muda membuatnya mudah lelah untuk berjalan kesana kemari.

Mereka tidak bisa berlama-lama mengamen di tengah teriknya matahari.

“Kadang, ada teman-teman yang membagikan beras kepada kami. Ini bisa dimasak. Kalau ada teman waria yang lain, kami bagikan juga. Kami tunggu bantuan saja,” papar Endang yang disetujui Ningsih.

Hidup mereka kemudian hanya tergantung dari manusia yang hobi mengulurkan tangan. Setiap bantuan berbentuk apapun akan mereka terima demi keberlanjutan hidup.

Ada perut yang harus diberi makan dan ada indekost yang harus mereka bayar setiap bulan. 

Jika keduanya tidak terpenuhi, opsinya juga hanya dua, mati karena virus corona atau mati kelaparan karena tak punya rupiah.

Beruntung, Waria Crisis Center, yang didirikan oleh Rully Malay (61) dan anggota lain juga sigap untuk membuat simpul jaring keamanan. Dengan dapur umum, setidaknya perut yang keroncongan bisa terisi.

“Selama pandemi ini, kalau ngamen, suka gak dapat juga. Lebih baik kita ke dapur umum. Bantu masak-masak, nanti biar anak-anak yang makan di sini,” tambah Endang lagi.

Ningsih duduk di depan kamar. Dia tidak berbicara banyak dan hanya menyaksikan percakapan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved