Penjualan Empon-empon di Pasar Beringharjo Mulai Menurun
Empon-empon seperti jahe, temulawak, pernah menjadi primadona saat tahun pertama Covid-19 melanda. Penjualannya pun tinggi, karena dipercaya
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Empon-empon seperti jahe, temulawak pernah menjadi primadona saat tahun pertama Covid-19 melanda. Penjualannya pun tinggi, karena dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Salah satu penjual empon-empon di Pasar Beringharjo, Riyanti (56) mengaku penjualan empon-empon meningkat drastis. Yang paling menjadi primadona adalah secang, temulawak, dan jahe.
Ia mengaku bisa menjual 30 kilogram temulawak setiap harinya, begitu pula dengan jahe.
Baca juga: Hujan Deras dan Angin Kencang Kerap Terjadi di Sleman, Warga Diminta Perkuat Mitigasi Bencana
"Awal pandemi itu memang tinggi sekali permintaannya. Saya ingat betul, bisa menjual 30 kilogram temulawak per harinya. Yang paling banyak secang, saya berani ambil 1 bal isinya 50 kilogram," katanya saat ditemui Tribun Jogja, Jumat (19/11/2021).
Seperti hukum permintaan, banyaknya permintaan maka naik pula harga barang tersebut.
Ia mengungkapkan ada kenaikan harga yang cukup signifikan. Kenaikan harga bisa mencapai separuhnya.
Ia tidak keberatan dengan adanya kenaikan harga tersebut. Sebab tidak dipungkiri permintaan di kiosnya juga meningkat.
"Harganya pada naik waktu itu. Temulawak itu harganya Rp 20 ribu per kilogram, tetapi pas awal pandemi ini naik jadi Rp 30 ribu. Kenaikannya ya lumayan. Tetapi kami kan juga butuh," ungkapnya
Namun saat ini empon-empon sudah tidak terlalu diminati. Tidak seperti dulu, penjualan empon-empon di kiosnya mulai turun.
Saat ini, ia hanya bisa menjual sekitar 10 kilogram saja per hari. Itu pun hanya langganan saja.
"Kalau sekarang ya turunnya drastis sih. Sekarang cuma ke langganan saja. Ya masyarakat umum juga ada tetapi tidak banyak," ujarnya.
Baca juga: BPBD DIY Laporkan Dampak Hujan Jumat Siang, Pohon Tumbang Mendominasi
Hal serupa juga dialami Kartinah (73). Penjualan empon-empon yang sudah diracik menjadi aneka minuman seperti wedang uwuh turun drastis.
Jika per hari ia bisa menjual lebih dari 20 bungkus per hari, kini penjualan tidak sampai 10 bungkus per hari.
"Kalau dulu memang banyak sekali permintaan waktu awal pandemi. Tetapi sekarang sudah turun drastis. Sudah tidak banyak yang beli," imbuh.
Kendati penjualannya menurun, ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. Sehingga aktivitas, khususnya aktivitas pasar bisa berjalan normal. (maw)