Cerita Warga Tegal Beli Burung Merpati Seharga Rp 2 Miliar, Ini Kelebihan Si "Rampok"

Burung merpati milik Yunius Martin, pemilik toko merpati Baron di Tegal tersebut harganya Rp 2 miliar.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jateng/ Desta Leila Kartika
Yunius Martin atau yang kerap disapa om Yun, saat menunjukkan burung merpati miliknya yang bernama Rampok (kanan) berbulu putih dan sedikit corak abu-abu. Adapun burung merpati berusia 3 tahun ini memiliki harga jual mencapai Rp 2 miliar. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLAWI - Beberapa waktu yang lalu publik di Tanah Air digemparkan dengan transaksi pembelian burung merpati senilai Rp 1,5 miliar dari Pekalongan.

Burung tersebut bernama Jaguar, milik Muhammad Juned dari Tim Kenwood Pekalongan.

Namun ternyata harga burung merpati masih ada yang lebih tinggi dari harga Jaguar.

Adalah merpati bernama Rampok yang harganya jauh melebihi harga Jaguar.

Burung merpati milik Yunius Martin, pemilik toko merpati Baron di Tegal tersebut harganya Rp 2 miliar.

Tentu harga jual mencapai Rp 2 miliar untuk seekor burung merpati bisa disebut sangat fantastis dan sejauh ini yang termahal.

"Rampok" ini dibeli oleh Yunius bersama dengan dua orang rekannya.

Burung tersebut baru dirawat di kandang milik Yunius sekitar dua minggu yang lalu.

"Jadi saya dan dua orang rekan yang lain membeli Rampok awal menawar Rp 1,7 miliar, namun pemiliknya tidak mau dan kekeh minta harga Rp 2 miliar. Saya jujur tidak tahu harga persisnya berapa, tapi karena harga segitu saja tidak mau ya estimasi Rp 2 miliar," terangnya dikutip Tribunjogja.com dari Tribunjateng.com.

Faktor yang menyebabkan harga jual Rampok cukup mahal, menurut Yunius karena burung merpati yang berusia tiga tahun ini sering menjuarai lomba di Jakarta sampai tak terhitung jumlah prestasinya.

Kemudian Rampok hijrah bermain di Pekalongan, Semarang, dan daerah lainnya sekitar sebulan yang lalu dengan prestasi tak kalah saat di Jakarta.

Membahas keistimewaan yang dimiliki Rampok, burung yang memiliki bulu putih halus dan sedikit corak abu-abu di bagian lehernya, mau dibawa ke perlombaan dimana pun dan kapan pun pasti berhasil meraih juara. Selain itu juga jenis burung penurut.

Jika kualitas kecepatan, om Yun mengakui banyak burung yang jauh lebih baik dibandingkan Rampok, tapi kalau membahas kepandaian untuk setingkat Rampok belum ada yang menandingi.

"Barometer merpati di Indonesia itu ada di Jateng tepatnya di Tegal, Brebes, dan Pekalongan. Jadi ketika ada burung dari mana pun datang dan menjuarai event di beberapa daerah yang saya sebutkan tadi, maka harga jualnya pasti melambung dan diburu oleh penghobi merpati," paparnya.

Baca juga: VIRAL Burung Merpati di Pekalongan Ini Laku Terjual hingga Rp1,5 Miliar, Ini Cerita Sang Pemilik

Hobi Sejak Kecil

Memelihara burung merpati merupakan hobi sejak kecil Yunius Martin.

Pria berusia 41 tahun ini, membagikan kisahnya merintis usaha dan menjalankan hobi yang berkaitan dengan burung merpati.

Om Yun, panggilan akrabnya, mengaku mulai tertarik dengan lomba merpati sejak usia 6 tahun karena diajak pertama kali oleh sang ayah.

Kemudian berlanjut sampai ia berkuliah dan mulai beternak burung merpati di kos-kosan sebanyak 10 ekor.

Dari 10 ekor burung merpati yang om Yun ternak, sampai saat ini terus berkembang bahkan mencapai kurang lebih 1.100 ekor burung merpati.

"Saya belum ngecek lagi, tapi terakhir Februari 2021 kemarin jumlahnya kurang lebih 1.100 ekor. Karena jumlah terus bertambah, maka saya punya dua kandang yaitu satu di sini (Mejasem Kabupaten Tegal) dan satunya di daerah Kapten Ismail Kota Tegal," tutur Yunius, pada Tribunjateng.com, Jumat (19/11/2021).

Lokasi kandang merpati yang juga sebagai toko merpati Baron milik Yunius berlokasi di Jalan Pala Raya 16, nomor 300, Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.

Luas lahan 250 meter per segi terdiri dari dua lantai yang semuanya berisi kandang-kandang burung merpati.

Memiliki burung merpati mencapai ribuan, setiap bulannya menghabiskan biaya operasional mencapai sekitar Rp 50 jutaan.

Biaya tersebut rinciannya sudah termasuk membeli 1 ton jagung untuk pakan burung, menggaji 12 karyawan yang upahnya minimal UMR daerah, dan operasional lainnya.

"Kalau membahas harga jual burung merpati, tahun 2021 ini bisa dibilang harga yang paling fenomenal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika dulu hobi burung merpati atau dara dianggap "ndeso" tapi untuk sekarang ini saya jual anakan saja minimal Rp 4 jutaan per ekor," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved