Antisipasi Lerning Loss, Pembelajaran Tatap Muka Jadi Kunci Pemkot Yogyakarta
Sudah jadi rahasia umum, pembelajaran online yang 'terpaksa' ditempuh selama pandemi Covid-19 melanda, memunculkan keluhan dari banyak pihak.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sudah jadi rahasia umum, pembelajaran online yang 'terpaksa' ditempuh selama pandemi Covid-19 melanda, memunculkan keluhan dari banyak pihak.
Karena itu, Pemkot Yogyakarta melakukan berbagai upaya, agar pembelajaran tatap muka (PTM) bisa bergulir kembali, di tengah sebaran Covid-19 yang mulai mereda.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menandaskan, pihaknya memang menerima deretan keluhan, baik dari guru, orang tua, atau siswa.
Menurutnya, banyak di antara mereka yang kurang nyaman dengan sekolah daring, karena belum terbiasa belajar di hadapan perangkat elektornik.
"Belajar di rumah menjadi sebuah problem, karena ini kan fenomena pertama, anak-anak belum terbiasa. Itu tidak mudah. Guru harus menyesuaikan diri, kemudian orang tua mau tidak mau ikut belajar," ujarnya, dalam agenda Obrolan YK: Kembali ke Sekolah, Jumat (19/11/2021).
Baca juga: Penjualan Empon-empon di Pasar Beringharjo Mulai Menurun
Persoalan lainnya, kata Heroe, pemerintah masih memakai paremeter yang sama dengan situasi sebelum pandemi, dalam menggelar pembelajaran jarak jauh ini.
Padahal, ia meyakini, dibutuhkan semacam modifikasi, karena tingkat serapan siswa tentu tidak bisa disamakan dengan PTM, agar pihak-pihak yang terlibat pun tak merasa terbebani.
"Di Kota Yogyakarta hanya 60 persen dari kurikulum yang dipakai, sehingga harapan kami bebannya tidak terlalu berat bagi anak dan orang tua. Pokoknya, jangan sampai mereka itu merasa kesulitan," ungkapnya.
Menurutnya, kemampuan para siswa menyerap pengetahuan secara daring masih cenderung rendah, dan rawan terjadi learning loss.
Hal tersebut, dapat dilihat dari hasil test Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD) yang cukup menukik. A
rtinya, ada persolan dalam sistem pembelajaran daring, karena materi-materi yang disampaikan tidak sepenuhnya terserap.
"Kalau tidak dipecahkan, maka akan jadi problem, bakal ada satu generasi yang dalam waktu sekian tahun itu, tidak mendapat stimulasi knowledge yang memadahi," katanya.
Menyadari hal tersebut, sejak akhir 2020, Pemkot Yogyakarta mulai mempersiapkan diri untuk menggelar PTM.
Namun, karena Covid-19 kembali melonjak pada Juli 2021 lalu, PTM yang sejatinya sudah sempat disimulasikan di beberapa sekolah pada awal tahun, baru bisa direalisasikan mulai pertengahan bulan September silam.
"Prokes di sekolah kita bahas dengan sangat detail. Kita bisa pastikan, selama di kelas anak-anak tidak ada masalah. Justru, yang kita tekankan di SOP itu adalah bagaimana setelah anak keluar kelas. Makanya, aturan-aturan kita kepada orang tua itu lebih detail lagi," ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori menambahkan, karena sudah melakukan persiapan sejak lama, sekolah pun tidak mengalami kendala dalam menggulirkan PTM.
Terlebih, pihaknya sudah melakukan verifikasi secara menyeluruh di SD dan SMP di Kota Yogyakarta pada April lalu.
"Saat itu, verifikasi yang ke tiga, bulan April, ya, 165 SD dan MI, kemudian 65 SMP dan MTs, seluruhnya siap tatap muka. Tapi, statusnya masih terbatas. Maksimal tiga jam, dengan siswa yang hadir 30-35 persen, dan seminggu dua kali. Sekarang masih kita prioritaskan untuk siswa kelas VI SD dan SMP dulu, karena sudah tervaksin," katanya.
Di samping itu, ia juga menginstruksikan semua wali kelas, agar berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk memantau kondisi kesehatan anak. Dalam artian, seandainya ada anak yang sedang kurang sehat, dipersilakan tidak masuk sekolah dan tetap difasilitasi secara daring.
"Alhamdulillah, setelah berlangsung dua bulan, tidak ada kejadian yang tidak kita inginkan. Walau begitu, kita belum berniat menambah frekuensinya," tegas Budi.
Baca juga: Malioboro Siap Sambut Nataru dengan One Gate Sistem dan Aplikasi Sugeng Rawuh
Ketua Komisi A DPRD Kota Yogyakarta, Dwi Candra Putra mengapresiasi segala daya dan upaya Pemkot Yogyakarta, dalam menanggulangi polemik pendidikan di masa pandemi ini. Meski masih menerima banyak keluhan, fasilitas belajar daring yang disuguhkan oleh eksekutif pun sebenarnya sudah sangat mumpuni.
Mulai dari penyediaan akses internet gratis yang bisa dimanfaatkan warga masyarakat, hingga program-program seperti guru kunjung, hingga relawawan mengajar yang menggandeng kalangan mahasiswa dan dosen.
"Wifi publik berbasis RW di 616 titik sudah terealisasi. Ini dukungan yang sangat baik untuk pembelajaran jarak jauh. Tapi, kita bisa memahami, anak-anak dan orang tua belum terbiasa dengan situasi serba internet," katanya.
Karena itu, dengan digulirkannya kembali PTM secara terbatas, legislatif mendorong pemenuhan targat belajar, yang gagal tercapai selama pembelajaran luring. Ia berujar, satu hal yang wajib digenjot oleh Pemkot Yogyakarta ialah meningkatkan minat baca pada anak-anak.
"Apa yang dilakukan Pemkot sudah sangat luar biasa. Mereka punya beban besar, karena predikat kota pendidikan. Seluruh Indonesia tahu, kalau sampai Kota Yogyakarta jeblok, seakan-akan predikatnya tidak berlaku," terangnya. (aka)