GKR Condrokirono Datangi 7 Lokasi Bekas Tambang Pasir di Lereng Merapi, Segera Direhabilitasi
GKR Condrokirono mendatangi 7 lokasi bekas tambang pasir yang telah ditutup di wilayah Kepanewonan Cangkringan, Sleman, Selasa (12/10/2021).
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penghageng Kawedanan Agung Panitera Pura Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Condrokirono mendatangi 7 lokasi bekas tambang pasir yang telah ditutup di wilayah Kepanewonan Cangkringan, Sleman, Selasa (12/10/2021).
Kunjungan GKR Condrokirono adalah tindak lanjut dari penutupan belasan tambang pasir di lereng Gunung Merapi oleh Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X karena aktivitas pengerukan pasir dan material vulkanik yang dilakukan secara ilegal dan merambah tanah keraton (sultan ground/SG).
"Masih dalam rangka menindaklanjuti dawuh Ngarsa Dalem (Sultan HB X) yaitu gunung bali gunung," ujar GKR Condrokirono.
Putri kedua Sultan HB X itu mengaku prihatin atas parahnya kerusakan lingkungan akibat penambangan yang sembrono. Dia menyebut, hal itu dapat dipastikan berdampak pada kemampuan tanah menyerap dan menyimpan air.
"Karena posisi tambang berada di sultan ground, jadi keraton memiliki wewenang untuk memperbaiki. Saat ini, kami masih diskusi dengan dinas terkait, kira-kira tanaman apa yang cocok (untuk reboisasi) dan dapat bermanfaat bagi warga sekitar," imbuh GKR Condrokirono.
Secara teknis, masih menurut GKR Condrokirono, pihak keraton dan dinas terkait akan berdialog dengan para lurah yang memangku wilayah tempat tambang berada.
Pasalnya, program pemulihan yang akan dilakukan itu dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap pendapatan warga yang selama ini bergantung pada hasil tambang pasir dan batuan.
"Kita tidak boleh tutup mata, karena ini pasti akan menyebabkan alihprofesi warga. Jadi areal SG yang sudah rusak itu harus diperbaiki dengan pertimbangan memiliki dampak positif untuk masyarakat sekitar," terangnya.
Terkait bentuk riil program rehabilitasi yang akan dilakukan, GKR Condrokirono menyebut bisa berupa pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan dan lainnya.
Namun, dia menekankan harus ada upaya untuk meminimalisir potensi bahaya sebelum program rehabilitasi dimulai. GKR Condrokirono memastikan, keraton tidak ingin rehabilitasi secara serampangan sehingga justru akan menimbulkan bencana ikutan, seperti tanah longsor misalnya.
"Saya berharap, dawuh Ngarsa Dalem ini dilaksanakan. Kedepan, saya minta masyarakat di sekitar program rehabilitasi ikut menjaga," katanya.
GKR Condrokirono mengingatkan, jika masyarakat terus abai terhadap praktik-praktik yang merusak, kekeringan dikhawatirkan akan melanda.
"Mungkin dampak kekeringan belum terasa sekarang. Karena yang dirusak tambang itu adalah daerah tangkapan air. Jadi mari bersama-sama lebih berperan, proaktif ikut menjaga kelestarian, dalam hal ini khususnya lereng Merapi," tegasnya.
Sementara ditemui di sela kunjungan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji menyebut, kondisi lahan bekas penambangan masuk dalam kategori rusak parah.
"Parah, ini bahkan merusak daerah tangkapan air. Jadi harus segera dikembalikan sesuai fungsinya," kata Kuncoro.