Kisah Inspiratif
10 Tahun Jadi GTT, Guru Asal Gunungkidul Bersyukur Lolos Seleksi PPPK
Upah rendah rupanya tidak menjadi halangan untuk menjadi guru. Pekerjaan sebagai guru merupakan panggilan jiwa sehingga ia menjalaninya secara ikhlas.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sudah lebih dari 10 tahun Pramesti Utami menjadi Guru Tidak Tetap (GTT) untuk jenjang Sekolah Dasar (SD).
Terakhir, ia mengajar di SD Negeri Candirejo 2, Kapanewon Semin, Gunungkidul.
Namun, belum lama ini ia mendapatkan kabar yang menggembirakan.
Persisnya Jumat (08/10/2021) lalu sekitar pukul 10.30 WIB, ia dinyatakan lolos seleksi tahap pertama Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Alhamdulillah saya dinyatakan lolos di seleksi pertama ini," kata Pramesti pada wartawan belum lama ini.
Baca juga: Kisah Guru asal Klaten Jalan Kaki 37 Kilometer ke Yogyakarta Demi Penuhi Nazar Lulus PPPK
Warga asal Kalurahan Semin, Semin ini mengakui hasil pendapatannya sebagai GTT terbilang rendah.
Meski tak menyebut secara rinci, ia menyebut upahnya per bulan hanya berkisar ratusan ribu.
Namun upah rendah rupanya tidak menjadi halangan untuk menjadi guru.
Pramesti merasa, pekerjaan sebagai guru merupakan panggilan jiwa sehingga ia menjalaninya secara ikhlas.
Sadar pendapatannya tak mencukupi, ia tak hilang akal.
Ia rela bangun lebih awal, bahkan dini hari sejak pukul 02.00 WIB untuk mencari penghasilan tambahan dengan berjualan ikan.
"Tiap jam 2 pagi itu saya ke Pasar Semin jualan di sana. Sampai jam 6 pagi baru berangkat ke sekolah untuk mengajar," jelas lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini.
Saat ini, Pramesti mengajar untuk kelas 2 di SDN Candirejo 2.
Ia pun belum mengetahui apakah masih akan mengajar terus di sana ke depannya, mengingat ada isu sekolah tersebut akan dilakukan regrouping.
Itu sebabnya ia berharap pemerintah memberi perhatian lebih pada rekan sesama GTT.