Belajar Secara Autodidak, Begini Kisah Warga Klaten Bikin Brownies Bermotif Batik
Batik diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya takbenda yang berasal dari
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
Namun bahan mencanting itu menggunakan adonan brownies dengan pilihan warna sesuai dengan motif batik yang diinginkan.
"Untuk masaknya dari awal hingga dikukus sekitar 30 menit. Brownies batik kami ini memiliki tiga lapisan sehingga terasa lebih legit dan empuk," jelasnya.
Brownies batik itu, lanjut Kiki, ia jual dengan harga Rp60 ribu hingga Rp80 per pcsnya.
Menurutnya, hingga saat ini brownies buatannya cukup diterima oleh pasar. Terutama para pecinta brownies.
Bahkan, beberapa diantaranya para pembeli berasal dari luar Klaten, seperti Yogyakarta, Solo, Medan hingga Surabaya.
Untuk pemasaran, kata dia saat ini memanfaatkan media sosial berupa instagram.
"Kita produksi di rumah di Gang Rebo Kelurahan Gergunung, Klaten Utara. Namun untuk penjualan saat ini memanfaatkan instagram dengan nama brownies batik branti," jelasnya.
Ia menjelaskan selama pandemi, penjualan brownies brantik tersebut tidak terlalu terkendala. Bahkan justru meningkat di sektor online.
Baca juga: Kepatuhan Masyarakat Akan Vaksinasi Tinggi, Polres Bantul Tak Terapkan Tilang Vaksin
Dalam sehari, dirinya bisa memproduksi 20 pcs brownies batik tersebut.
"Kemarin pernah juga sampai 100 pcs di pesan oleh pelanggan," jelasnya.
Selain brownies, ia juga memproduksi jenis kue lainnya seperti roll cake dan kue tar yang semuanya dibuat dengan motif batik.
Untuk harga berkisar antara Rp60 ribu hingga Rp250 ribu.
Adapun jumlah motif batik saat ini yang bisa ia produksi sekitar 20 motif batik.
"Untuk motif kita ada 20-an ya, itu seperti mtif parang khas Jogja dan lainnya," paparnya. (Mur)