Belajar Secara Autodidak, Begini Kisah Warga Klaten Bikin Brownies Bermotif Batik

Batik diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya takbenda yang berasal dari

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Almurfi Syofyan
Kiki Hapsari saat mempraktikan cara membuat brownies bermotif batik di Desa Kurung, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jumat (1/10/2021). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Batik diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya takbenda yang berasal dari Indonesia pada 2 Oktober 2009.

Kemudian, Pemerintah Indonesia menetapkan setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Dewasa ini, batik telah dikreasikan dalam beragam bentuk, mulai dari baju kemeja, celana hingga topeng.

Namun di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah seorang perempuan mengkreasikan batik ke dalam bentuk kue.

Perempuan bernama Kiki Hapsari (37) itu membuat brownies bermotif batik. Usaha itu telah ditekuni Kiki sejak tahun 2015.

Baca juga: Update Terkini Progres Capaian Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Berdasarkan Data Kemenkes RI

Menurut Kiki, ide awalnya membuat brownies batik bermula dari keinginannya yang memang gemar membuat kreasi kuliner.

Pasalnya, ibunya Umi Branti juga memiliki usaha katering yang didirikan sejak 1984.

"Ibu saya punya katering. Jadi dari kecil itu saya sudah senang memasak. Kemudian tahun 2015 iseng bikin brownies batik dan akhirnya malah banyak yang suka," ujar Kiki saat TribunJogja.com temui di Desa Kurung, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jumat (1/10/2021).

Menurut Kiki, saat awal mula membuat batik brownies tersebut, dirinya belajar secara autodidak.

Sebab, brownies dengan motif batik merupakan sesuatu yang baru dan belum banyak yang mengkreasikan pada saat itu.

Brownies yang dibuat, lanjut Kiki sama dengan brownies pada umumnya karena berbahan dasar tepung, gula, telur, coklat dan bahan-bahan kue lainnya.

Hanya saja, yang membuat beda kata dia, adalah motif batik yang terukir pada permukaan brownies tersebut.

"Motif ukiran batik ini bukan terbuat dari cream ya, tapi dari adonan tepung karena kita bikin motif dahulu sebelum dikukus," paparnya.

Adapun proses pembuatan motif batik, awalnya, Kiki melapisi loyang dengan kertas roti yag telah bermotif batik.

Kemudian, kertas bermotif batik itu diukir seperti proses mencanting kain batik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved