Kisah Inspiratif
Kisah Sumarni, Tekuni Profesi Penjual Buku di Titik Nol Kilometer Yogyakarta Selama 30 Tahun
Sejak umur 18 tahun, Sumarni terpaksa mulai berjualan buku lantaran pendidikannya yang terhenti di tingkat Sekolah Dasar (SD).
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Titik Nol Kilometer Yogyakarta bukan hanya menyajikan nuansa Eropa melalui bangunan gedung tua yang berderet di beberapa jalan.
Di satu dari beberapa sudut jalan itu, ada Sumarni dan belasan penjual buku lain yang sejak 1990 konsisten sampai sekarang.
Ditemui Tribunjogja.com, Kamis (30/9/2021) siang, Sumarni masih sibuk merapikan sejumlah buku-buku yang ia jual.
Meski zaman terus berubah, ibu tiga anak itu tetap eksis menjajakan bermacam jenis buku, mulai dari novel, sejarah, hingga materai jadul pun ada.
Dia menceritakan mengapa di area Titik Nol Kilometer Yogyakarta banyak yang menjual aneka buku.
Baca juga: Kisah Haru, Joko Widodo Asal Klaten Menangis Kala Bertemu Presiden Joko Widodo
"Jadi dulu tahun 1990 saya sudah jualan di sini. Di titik nol ini dulu banyak yang jualan koran, majalah, dan kalau ada pelajar maupun mahasiswa yang mencari kliping datangnya ke sini," katanya siang itu.
Perempuan yang kini berusia 49 tahun itu mengatakan, dulu ia banyak mendapat pelanggan.
Namun kini selain faktor perkembangan zaman, serta di tengah situasi pandemi Covid-19 pelanggan yang setia belanja buku kepadanya mulai berkurang.
"Dulu banyak pelanggan. Sekarang sudah berkurang, apalagi pandemi semakin sepi. Jogja ini kan kalau gak ada yang sekolah sepi," jelasnya.
Meski sebagian besar pelanggannya itu menghilang, namun diakui olehnya ada beberapa orang yang masih ingat dirinya.
"Beberapa ada yang masih ingat. Bahkan sekarang sudah ada yang jadi pegawai negeri. Kemarin saya ketemu, saya disapa. Dia cerita kalau sudah bekerja di kantor apa itu, kantor Kementerian. Dulunya alumni SMP 2 Jogja," jelas dia.
Baca juga: Kisah Ibu Rumah Tangga Curi Susu di Blitar, Sempat Ditahan Polisi Lalu Berakhir Damai dan Dibebaskan
Tak hanya itu, Marni kini juga masih memiliki pelanggan dari luar daerah di antaranya Kalimantan, Maluku, dan Sumatra.
Kata Marni pelanggan luar pulau itu dulunya menempuh studi di Kota Yogyakarta, dan selalu membeli buku di lapaknya.
"Akhirnya jadi langganan sampai sekarang. Kalau mereka mencari buku pasti hubungi saya, terus kalau ada bukunya ya tak kirim. Itu sekarang ada yang jadi dosen," terang Marni.
Alasan Marni tetap konsisten menjual buku di lapak sederhananya itu lantaran ia mengaku kesulitan jika harus memulai bisnis baru selain berjualan buku.