Warga Sleman Hilang di Gunung Merapi, Dukuh: Keluarga Berharap Bisa Ditemukan 

Sudah lebih dari tiga hari, Selamiyo, warga Kalitengah Lor, Kalurahan Glgagaharjo, Cangkringan, Sleman pergi meninggalkan rumah. Ia pamit kepada

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
SAR Gabungan melakukan upaya pencarian terhadap Selomiyo, Warga Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, yang dilaporkan hilang di gunung Merapi. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sudah lebih dari tiga hari, Selamiyo, warga Kalitengah Lor, Kalurahan Glgagaharjo, Cangkringan, Sleman pergi meninggalkan rumah.

Ia pamit kepada keluarga, untuk mendaki ke puncak Gunung Merapi namun tak kunjung kembali.

Operasi pencarian yang dilakukan belum membuahkan hasil. Keluarga berharap, Selamiyo bisa ditemukan. 

"Keluarga sedih. Maunya, bisa nggak bisa, harus ketemu. Walaupun dalam keadaan (kondisi) apapun. Keluarga memiliki keinginan (Selamiyo) harus ditemukan," kata Dukuh Kalitengah Lor, Suwondo, Jumat (24/9/2021). 

Suwondo bercerita, Selamiyo ini adalah warga asli Kalitengah Lor. Pekerjaannya serabutan.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Sabtu 25 September 2021, BMKG Prediksi 25 Daerah Dilanda Cuaca Ekstrem

Kadang menambang pasir manual di sungai dan memelihara ternak. Dalam kehidupan sosial di masyarakat, bisa dinilai sebagai orang baik.

Sering mengikuti kegiatan gotong-royong maupun Kenduri. Biasa srawung juga antar sesama warga lainnya.

Selamiyo sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Kehidupan rumah tangganya juga baik, seperti umumnya masyarakat Glagaharjo. 

Namun, kadang-kadang memang "kumatan". Berperilaku diluar nalar dan kebiasaan manusia pada umumnya. 

"Kalau sedang kumat, ya seperti itu, maunya pergi," kata dia. 

Selamiyo "kumat" bukan cuma saat dinyatakan hilang kali ini. Namun sudah ada riwayat sebelumnya. Bahkan, kata Suwondo, beberapa bulan yang lalu warganya itu pernah pergi dari rumah hingga beberapa malam. Saat itu, dilakukan pencarian dan ketemu di sungai Bebeng. 

Saat sedang kumat, menurut dia, Selamiyo ini memang sering pamit ke keluarga dan pergi dari rumah. 

"Kadang-kadang pulang sendiri. Kadangkala juga dijemput," katanya. 

Lebih lanjut, Ia mengungkapkan ketika pergi meninggalkan rumah menuju puncak Gunung Merapi, pada Selasa (21/9/2021) lalu, Selamiyo sebenarnya sudah ditahan sama keluarga.

Kala itu Selamiyo hendak pergi dari rumah pukul 03.00 dini hari. Keluarga menjaga dan menahan supaya tidak pergi. Namun pukul 09.00 pagi, tanpa sepengetahuan keluarga, Ia tetap pergi. 

"Berangkatnya pakai pakaian biasa. Pakai sepatu," jelasnya. 

Hingga saat ini belum diketahui, untuk keperluan apa, Selamiyo menginginkan pergi menuju puncak Gunung Merapi. Padahal gunung diperbatasan DIY - Jateng itu masih berstatus siaga karena aktivitas vulkanik yang tinggi.  

"(ke Merapi) ingin ke puncak saja. Sebelum berangkat, meling sama keluarga. Anak dan istrinya dititipkan. Katanya mau ke puncak," tuturnya. 

Diketahui, Selamiyo pamit kepada keluarga meninggalkan rumah dan pergi ke gunung Merapi pada 21 September lalu, pukul 09.00.

Satu jam setelah kepergian, saat itu keluarga sempat membuntutinya, dan terakhir terlihat di sekitar bukit Kukusan dan Kendil. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari pemukiman.

Hingga saat ini, Selamiyo masih dinyatakan hilang. Keluarga berharap survivor bisa segera ditemukan. 

Upaya pencarian masih dilakukan. Humas Basarnas Yogyakarta, Pipit Eriyanto mengatakan, upaya pencarian hari Jumat ini berbeda dibanding sebelumnya. Yaitu, menggunakan metode pemantauan.

Hal ini berdasarkan hasil evaluasi semua pihak (SAR Gabungan) dan melibatkan pihak keluarga. Pertimbangannya, posko dan lokasi kejadian berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

Di mana sesuai arahan dari BPPTKG, wilayah tersebut tidak boleh ada aktivitas karena status Merapi masih Siaga.

Disamping itu, DIY saat ini masih berada di PPKM Level 3 sehingga meminimalisir terjadinya kerumunan. 

Baca juga: Gelandang PSS Sleman, Kim Jerffrey Kurniawan Siapkan Antisipasi Lawan Madura United

"Metode Pencarian diubah menjadi pemantauan ini bukan berarti pencarian dihentikan," katanya. 

Pencarian tetap dilakukan namun tidak ada aktifitas SAR Gabungan untuk melakukan penyisiran naik ke atas lokasi survivor terakhir terlihat.

Menurutnya, Basarnas Yogyakarta tetap berkordinasi, berkomunikasi dan menyambangi Muspika serta komunitas-komunitas yang berada di wilayah Gunung Merapi.

Sementara itu, Koordinator Sarlinmas wilayah VII Kaliurang, Kiswanta mengatakan, berdasarkan kebijakan dari Lurah Glagaharjo, bahwa SAR Gabungan secara resmi telah ditutup dan seluruh personel dikembalikan ke satuannya masing-masing.

Namun upaya pencarian tetap dilakukan dengan melibatkan dan mengandalkan masyarakat setempat saat berladang di hutan maupun mencari rumput. 

Sarlinmas Kaliurang sendiri kebetulan memiliki dua anggota warga seputar lokasi. "Informasi yang saya dapat dari anggota yang kebetulan warga masyarakat disana. Saya minta apdate, hingga saat ini belum ada tanda-tanda, ataupun jejak keberadaan survivor," kata dia. (rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved