Antisipasi Klaster PTM, DPRD Kota Yogyakarta Dorong Puskesmas Awasi Penerapan Prokes di Sekolah 

Kalangan legislatif mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, supaya melakukan pengawasan secara ketat di sekolah yang menggulirkan pembelajaran

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
dok.istimewa
Ilustrasi Covid-19 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kalangan legislatif mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, supaya melakukan pengawasan secara ketat di sekolah yang menggulirkan pembelajaran tatap muka (PTM).

Dengan begitu, penerapan prokes pun dapat dipastikan berjalan selaras aturan. 

Ketua Pansus Penanganan Covid-19 DPRD Kota Yogyakarta, Antonius Fokki Ardiyanto menyampaikan, pengawasan seharusnya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, karena PTM selama masa pandemi merupakan polemik kesehatan.

Artinya, bukan lagi masalah pendidikan. 

Baca juga: Jabatan Pimpinan Tinggi Kosong, Pemkot Magelang Buka Seleksi Terbuka

"Melalui Puskesmas tentunya. Apalagi, sekolah-sekolah itu kan berada di masing-masing wilayah kerja Puskesmas, harusnya bisa," katanya, Kamis (23/9/2021). 

Menurut Fokki, Puskesmas pun tidak akan kesulitan untuk melakukan pengawasan secara berkala, mengingat luas wilayah Kota Yogyakarta yang terbilang kecil.

Alhasil, imbuhnya, jarak tempuh ke sekolah-sekolah dapat diaksesnya dengan mudah tanpa kendala. 

"Selain itu, Puskesmas kan juga punya surveilans di setiap kelurahan. Mereka seharusnya bisa melakukan maping, untuk memetakan kerawanan," katanya. 

"Toh, Kota Yogyakarta tidak luas-luas banget. Sekolah itu, negeri dan swasta, kalau dipetani, jauh lebih mudah jika dibandingkan Jakarta, atau Semarang. Aksesnya, atau transportasi juga gampang," lanjut Fokki. 

Karenanya, politisi PDI Perjuangan tersebut mengatakan, kalau melihat kemampuan SDM, lalu sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas, pengawasan semacam itu jelas dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah. 

Baca juga: Antisipasi Klaster Covid-19, Pemkot Yogyakarta Tegaskan PTM Digelar Dengan Persiapan Matang 

"Bisa dan mampu, kalau kita memang mau serius betul ya, dalam melakukan pengawasan, guna meminimalisir klaster PTM. Ini harus diperhatikan," tandasnya. 

Ia mengungkapkan, protokol kesehatan dan skema yang benar-benar matang menjadi harga mati jika pembelajaran tatap muka harus digulirkan saat ini.

Fokki pun menyadari, selama kelas tertutup bagi para siswa, kegiatan belajar mengajar praktis tak berjalan optimal. 

"Kalau kita amati, yang jadi keluhan, proses pembelajaran  tidak maksimal. Jangan sampai lah, kita kehilangan satu generasi dalam konteks pembangunan sumber daya manusia," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved