Plengkung Pitu, Saluran Air Peninggalan Belanda yang Dikembangkan Jadi Objek Wisata di Tulung Klaten
Temuan saluran air peninggalan zaman Belanda itu berada di Desa Sudimoro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Berbekal dari temuan saluran air diduga peninggalan zaman Belanda, objek wisata baru pun digarap di Kabupaten Klaten.
Temuan saluran air peninggalan zaman Belanda itu berada di Desa Sudimoro, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Talang air yang terdiri dari tujuh lengkungan atau biasa disebut warga sekitar dengan nama Plengkung Pitu, dijadikan daya tarik utama dari taman objek wisata yang sedang dalam proses finishing tersebut.
Adapun objek wisata yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Sudimoro itu, diberi nama taman objek wisata Kalimosodo.
Baca juga: BREAKING NEWS : Warga Klaten Temukan Bulus Jumbo Seberat 20 Kilogram di Terowongan Kuno
Baca juga: Cerita Penemuan Empat Bebatuan Kuno di Klaten, Ada Arca Tanpa Kepala dan Tiga Batu Jaladwara
Objek wisata ini berdiri di atas tanah seluas dua hektar dan berada persis di sebelah bangunan kantor desa setempat.
Kemudian, nama dari objek wisata Kalimosodo diambil dari adanya kali atau sungai yang melintas di sekitar objek wisata itu.
Pantauan Tribun Jogja di objek wisata itu, Senin (6/9/2021) sekitar pukul 10.00 WIB, selain plengkung pitu yang menjadi ikon utamanya, juga terdapat satu kolam renang untuk orang dewasa dan satu kolam renang untuk anak-anak.
Selain itu, juga terdapat satu kolam yang digunakan untuk terapi ikan oleh para pengunjung.
Di beberapa sisi lainnya, berdiri sejumlah gazebo kecil dan satu gazebo utama yang cukup besar.
Kemudian,terdapat juga satu musala dan toilet yang masih dalam tahap pengerjaan.

Area objek wisata yang cukup luas menjadikan objek wisata Kalimosodo ini cocok dikunjungi oleh para keluarga.
Kepala Desa Sudimoro, Agus Erwanto, menyebut jika pihaknya sudah lama ingin membuat objek wisata di desa itu.
Setelah berunding dengan perangkat desa lainnya, akhirnya pihaknya memutuskan untuk mengembangkan objek wisata alam memanfaatkan lahan yang luas di sebelah kantor desa.
"Dulu saluran air (plengkung pitu) itu tertutup oleh pepohonan dan bambu yang banyak berada di daerah sana, lalu kami bersihkan dan tata," ujarnya saat Tribun Jogja temui di lokasi objek wisata.
Baca juga: Temuan Terowongan Kuno di Sabranglor Klaten Diduga Saluran Penampungan Air Zaman Belanda
Baca juga: Cerita Penemu Ikan Toman Raksasa di Dekat Terowongan Kuno Klaten: Saya Sempat Mimpi dapat Rezeki
Ia mengatakan, pada awalnya pihaknya tidak menyangka jika di daerah tersebut terdapat saluran air peninggalan zaman Belanda.