Jangan Termakan Hoaks, Ini 10 Fakta vs Mitos Seputar Vaksin Covid-19 yang Perlu Anda Ketahui

Ada banyak mitos yang berkembang di masyarakat soal vaksinasi covid-19. Berikut ini 10 di antaranya soal fakta vs mitos vaksinasi covid-19

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
thisweekinpalestine.com
ilustrasi vaksin 

Jika gejalanya menetap lebih dari dua hari, Anda harus menghubungi dokter Anda.

Jika Anda memiliki alergi — terutama alergi parah yang mengharuskan Anda membawa EpiPen — diskusikan vaksin COVID-19 dengan dokter Anda, yang dapat menilai risiko Anda dan memberikan lebih banyak informasi tentang apakah dan bagaimana Anda dapat divaksinasi dengan aman.

7. MITOS : Vaksin COVID-19 memasuki sel dan mengubah DNA Anda

FAKTA : Vaksin COVID-19 dirancang untuk membantu sistem kekebalan tubuh Anda melawan virus corona. RNA dari dua jenis pertama vaksin COVID-19 memang memasuki sel, tetapi bukan inti sel tempat DNA berada.

MRNA melakukan tugasnya untuk menyebabkan sel membuat protein untuk merangsang sistem kekebalan, dan kemudian dengan cepat rusak - tanpa mempengaruhi DNA Anda.

8. MITOS: Teknologi RNA yang digunakan untuk membuat vaksin COVID-19 masih baru

FAKTA : Teknologi mRNA di balik vaksin virus corona baru telah dikembangkan selama hampir dua dekade. Pembuat vaksin menciptakan teknologi untuk membantu mereka merespons dengan cepat penyakit pandemi baru, seperti COVID-19.

9. MITOS : Vaksin COVID-19 mengandung zat kontroversial

FAKTA : Dua vaksin COVID-19 pertama yang disahkan oleh FDA mengandung mRNA dan bahan vaksin normal lainnya, seperti lemak (yang melindungi mRNA), garam, serta sedikit gula.

Vaksin COVID-19 ini tidak dikembangkan menggunakan jaringan janin, dan tidak mengandung bahan apa pun, seperti implan, microchip, atau alat pelacak.

10. MITOS : Sekarang ada vaksin untuk COVID-19, maka akan ada vaksin untuk flu biasa, HIV, dan penyakit lainnya

FAKTA : Ribuan virus penyebab berbagai penyakit sangat berbeda. Banyak perubahan (mutasi) dari tahun ke tahun, sehingga sulit untuk mengembangkan satu vaksin yang bekerja untuk jangka waktu yang lama.

Mengembangkan vaksin untuk beberapa virus penyebab penyakit itu sulit. Misalnya, virus yang menyebabkan HIV dapat bersembunyi dan membuat dirinya tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan manusia, yang membuat pembuatan vaksin untuknya menjadi sangat sulit.

Pilek dapat disebabkan oleh salah satu dari ratusan virus yang berbeda, jadi vaksin untuk salah satunya saja tidak akan terlalu efektif. (*/John Hopkins Medicine)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved