Jangan Termakan Hoaks, Ini 10 Fakta vs Mitos Seputar Vaksin Covid-19 yang Perlu Anda Ketahui

Ada banyak mitos yang berkembang di masyarakat soal vaksinasi covid-19. Berikut ini 10 di antaranya soal fakta vs mitos vaksinasi covid-19

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
thisweekinpalestine.com
ilustrasi vaksin 

TRIBUNJOGJA.COM - Meski terbukti aman dan mampu dalam melindungi diri dari paparan covid-19, namun masih ada sebagian orang yang enggan melaksanakan vaksinasi covid-19. Ada yang takut jarum suntik, dan ada pula yang tak percaya dengan vaksin tersebut. Beberapa di antaranya merupakan para korban informasi hoax yang tersebar di dunia maya maupun yang disebarkan lewat grup-grup aplikasi perpesanan instan.

Hoax atau kabar-kabar bohong tersebut dipercaya kebenarannya lantaran mereka tidak bisa mengakses informasi yang benar dan terpercaya. Sebaliknya, mereka terus mendapatkan informasi-informasi bohong setiap harinya hingga dianggap sebagai sebuah kebenaran yang tak perlu dipertanyakan lagi.

Tak hanya di Indonesia, di sejumlah negara maju pun demikian. Inilah yang mendasari sejumlah lembaga layanan kesehatan mengeluarkan informasi yang digunakan untuk menangkis serangan-serangan hoaks. Satu di antaranya dikeluarkan oleh Johns Hopkins Office of Critical Event Preparedness and Response.

Mereka merilis berbagai mitos yang selama ini berkembang seputar vaksinasi covid-19. Apa saja mitos-mitos tersebut? Berikut rinciannya ;

1. MITOS: Vaksin COVID-19 dapat memengaruhi kesuburan wanita

FAKTA : Vaksin COVID-19 tidak akan memengaruhi kesuburan. Yang benar adalah bahwa vaksin COVID-19 mendorong tubuh untuk membuat lonjakan salinan protein yang ditemukan di permukaan virus corona.

Ini "mengajarkan" sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus yang memiliki protein lonjakan spesifik di dalamnya.

Kebingungan muncul ketika sebuah laporan palsu muncul di media sosial, mengatakan bahwa protein lonjakan pada virus corona ini sama dengan protein lonjakan lain yang disebut syncitin-1 yang terlibat dalam pertumbuhan dan perlekatan plasenta selama kehamilan.

Laporan palsu tersebubt mengatakan bahwa vaksin COVID-19 akan menyebabkan tubuh wanita melawan protein lonjakan yang berbeda ini dan memengaruhi kesuburannya.

Kedua protein lonjakan ini benar-benar berbeda, dan vaksin COVID-19 tidak akan memengaruhi kesuburan wanita yang ingin hamil, termasuk melalui metode fertilisasi in vitro.

Selama tes vaksin Pfizer, 23 sukarelawan wanita yang terlibat dalam penelitian ini hamil. Hanya satu yang mengalami keguguran, dan itu pun belum menerima vaksin. Vaksin yang disuntikkan itu sebenarnya adala obat plasebo.

2. MITOS : Orang yang sudah terpapar, tak perlu vaksin

FAKTA : Orang yang pernah terpapar COVID-19 mungkin masih mendapat manfaat dari vaksinasi. Hal ini didasarkan karena risiko kesehatan yang parah dan fakta bahwa infeksi ulang dengan COVID-19 mungkin terjadi. Oleh karena itu, seseorang mungkin disarankan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 bahkan jika mereka pernah sakit dengan COVID-19 sebelumnya. 

Beberapa ilmuwan percaya vaksin menawarkan perlindungan yang lebih baik untuk virus corona daripada infeksi alami.

3. MITOS : Para peneliti terburu-buru mengembangkan vaksin COVID-19, sehingga efektivitas dan keamanannya tidak dapat dipercaya

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved