Pemerintah Bakal Putuskan Nasib PPKM Hari Ini, Kembali Diperpanjang Atau Bakal Ada Pelonggaran?

Nasib Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlevel akan diumumkan pemerintah hari ini, Senin (23/8/2021)

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
dok.grafis tribunnews.com
Ilustrasi penerapan PPKM 

Ia mengungkapkan, keterlambatan membawa pasien Covid-19 ke rumah sakit dan penyakit bawaan menjadi salah satu penyebabnya.

"Penyebab (kematian) menurut saya, kemungkinan yang isoman (isolasi mandiri) tidak segera masuk isoter (isolasi terpusat), sehingga dibawa ke rumah sakit sudah terlambat. Saturasi sudah turun dibawa ke rumah sakit itu terlambat, juga komorbidnya," kata Jokowi.

Pengarahan Presiden Jokowi mengenai kondisi Covid-19 di Indonesia(screenshoot)

Selain itu, Jokowi juga mengingatkan ledakan kasus Covid-19 akibat kemunculan virus corona varian Delta di Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Madura, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Akibat kemunculan varian yang lebih menular itu, kasus Covid-19 naik secara drastis hingga sempat mencapai angka 56 ribu kasus infeksi baru per hari.

"Begitu muncul di Kudus, di Bangkalan saat itu, di luar dugaan kita karena dari deteksi yang kita lihat itu Jakarta, Indramayu, dan di Medan. Munculnya tempat lain, karena barang ini (virus) enggak kelihatan, langsung melompat ke 56 ribu (kasus baru harian)" jelas Jokowi.

Baca juga: Presiden Jokowi Sebut Tiga Poin Utama untuk Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia

Baca juga: UPDATE Covid-19: Inilah 10 Daerah Dengan Angka Konfirmasi Tertinggi di Indonesia, DIY di Posisi 6

Dalam arahannya, Jokowi menjelaskan bahwa keberhasilan penurunan kasus Covid-19 sangat erat kaitannya dengan pemulihan ekonomi.

Ia mengatakan, penurunan kasus infeksi Covid-19 biasanya diikuti oleh perbaikan ekonomi.

Sehingga, kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satunya terletak pada keberhasilan penurunan kasus Covid-19.

Evaluasi epidemiolog

Diberitakan Kompas.com, Minggu (22/8/2021), epidemiolog terus memantau dan mengevaluasi kebijakan PPKM yang telah berlangsung dan diperpanjang beberapa kali.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, permasalahan utama PPKM adalah indikator pengendalian pandemi yang masih belum konsisten dan terus berubah.

"PR kita selama ini juga adalah konsistensi terhadap indikator itu, jangan diubah-ubah, jangan dilonggar-longgarkan. Levelnya masih sama level 4 tapi pelonggarannya berbeda, nggak boleh seperti itu. Nanti nggak ada patokan yang jelas dan itu berbahaya," kata Dicky.

Penyekat gabungan sedang melakukan penyekatan di ruas jalan di wilayah Sleman. Masa perpanjangan PPKM Level 4, penyekatan masih dilakukan meskipun di sejumlah Jalan mulai diperlonggar.
Penyekat gabungan sedang melakukan penyekatan di ruas jalan di wilayah Sleman. Masa perpanjangan PPKM Level 4, penyekatan masih dilakukan meskipun di sejumlah Jalan mulai diperlonggar. (istimewa)

Dicky juga menyoroti banyaknya kasus Covid-19 yang masih belum terdeteksi. Ia mengatakan, ada sekitar 100.000 kasus yang tidak terdeteksi setiap harinya.

Kasus-kasus yang tidak terdeteksi ini juga berimplikasi pada angka kematian yang masih tergolong tinggi.

Meski terjadi penurunan angka kematian, menurut Dicky, penurunan itu tidak signifikan.

"Kematian saat ini masih tinggi. Ini artinya kita harus perbaiki respon kita. Kita harus temukan kasus-kasus infeksi ini," ujar dia.

( kompas.com )

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved