Terjun Jadi Petugas Rukti Jenazah Covid-19, Bu Lurah di Bantul Selalu Minta Maaf ke Keluarga Pasien

Pandemi Covid-19 yang seakan tak ada habisnya ini memaksa semua orang untuk ambil peran. Begitu juga yang dilakukan oleh Lurah Wirokerten

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Lurah Wirokerten, Banguntapan, Rahma Wijayaningsih bersama tim Pemulasaran dan pemakaman Kalurahan, saat bertugas mengurus jenazah dengan protokol Covid-19. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pandemi Covid-19 yang seakan tak ada habisnya ini memaksa semua orang untuk ambil peran.

Begitu juga yang dilakukan oleh Lurah Wirokerten, di Kabupaten Bantul, Rahma Wijayaningsih.

Ia mendedikasikan dirinya untuk menjadi petugas rukti atau pemandi jenazah Covid-19.

Semua itu dilakukan selain membantu tim pemulasaran dan pemakaman, juga karena tergugah ingin menyempurnakan jenazah, sebelum berpulang ke Illahi. 

Kepada Tribun Jogja, Rahma bercerita, di Kalurahan Wirokerten, Banguntapan petugas pemulasaran dan pemakaman jenazah, awalnya dikhususkan untuk laki-laki.

Baca juga: Cerita Kakak Adik Asal DI Yogyakarta Langganan Juarai Taekwondo Tingkat Nasional dan Internasional

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 23 Juli 2021: Tambah 1.431 Kasus Baru, Angka Kematian Tembus 97 Kasus

Anggotanya diambil dari perwakilan masing-masing Padukuhan. Namun, seiring meningkatnya kasus penularan dan jumlah kematian yang harus diurus dengan protokol Covid-19 membuat dirinya prihatin.

Terlebih, pada tahun ini banyak pasien isolasi yang meninggal dunia di rumah. 

"Di situ saya mulai tergugah. Agar ada perempuan juga yang ikut (membantu rukti jenazah)," kata dia, Jumat (23/7/2021). 

Urusan memandikan jenazah, Rahma sebenarnya sudah memiliki bekal ilmu.

Sebab, sebelum pandemi datang dirinya sudah terbiasa melakukan itu.

Namun, mengurus jenazah Covid-19 jelas berbeda dengan jenazah biasa.

Sebelum benar-benar turun mengurus jenazah, dirinya bersama dua rekannya, Novi dan Ani, meminta mentoring dan ada pelatihan. 

Kini, sudah dua bulan, Rahma selalu turun memandikan jenazah perempuan warganya, maupun jenazah perempuan di desa sebelah, dengan protokol tetap Covid-19.

Dalam sehari, ia mengaku tidak mesti berapa yang harus di mandikan. Apalagi ditengah kasus kematian yang cukup tinggi. Ia bersama tim Pemulasaran dan Pemakaman mengaku selalu stand by selama 24 jam.

Saat dibutuhkan, maka bergegas berangkat. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved