Viral Dokter Lois soal Interaksi Obat, Guru Besar Farmasi UGM: Tidak Semudah Itu Sebabkan Kematian

Prof Dr Zullies Ikawati Apt dari Fakultas Farmasi UGM, menegaskan interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Tangkap Layar Youtube Babeh Aldo
dr Louis Owien 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -  Nama dr Lois Owien belakangan menggegerkan publik lantaran pernyataannya yang mengaku tak percaya dengan Covid-19.

Bukan hanya itu, dr Lois Owien bahkan menyebut interaksi obat menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia.

Menurut Lois, orang-orang yang meninggal di Rumah Sakit (RS) selama ini bukan karena Covid, melainkan karena adanya interaksi obat.

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati Apt, menegaskan interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian.

Baca juga: Siapakah Lois Owien, Dokter yang Sesumbar Tak Percaya Covid-19?

Baca juga: Cerita Bayi Berusia 19 Hari Meninggal Terpapar Covid-19 Setelah Dikunjungi Keluarga Besar

Menurutnya, apabila ada penggunaan obat yang diduga akan berinteraksi secara klinis, maka pemantauan hasil terapi akan ditingkatkan.

“Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat interaksi obat, dapat segera dilakukan tindakan yang diperlukan, misal menghentikan atau mengganti obatnya,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Tribun Jogja, Senin (12/7/2021).

Ia melanjutkan, hal tersebut memerlukan kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi, sehingga tidak berdampak membahayakan bagi pasien. 

“Jadi, jika ada yang menyebutkan bahwa kematian pasien Covid-19 adalah semata-mata akibat interaksi obat, maka pernyataan itu tidak berdasar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan,” kata Zullies.

Untuk memperjelas ucapannya, Zullies menerangkan, interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika dikonsumsi bersama-sama oleh seorang pasien.

Secara umum, interaksi ini dapat menyebabkan meningkatnya efek farmakologi obat lain yang bersifat sinergis atau aditif, mengurangi efek obat lain atau antagonis, bisa juga meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan.

“Maka dari itu, sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi bahaya. Ada yang menguntungkan, ada yang merugikan. Ini tidak bisa digeneralisir dan harus dikaji secara individual,” tuturnya.

ILUSTRASI. Obat anti parasit Ivermectin produksi Indofarma (INAF).
ILUSTRASI. Obat anti parasit Ivermectin produksi Indofarma (INAF). (via Kontan)

Perempuan yang meraih gelar doktornya di Ehime University School of Medicine Japan itu melanjutkan, banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapinya.

Apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu. Bahkan satu penyakit pun bisa membutuhkan lebih dari satu obat.

“Contohnya hipertensi ya. Pada hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, bisa ditambahkan obat antihipertensi lain, bisa kombinasi dua atau tiga,” bebernya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved