Viral Dokter Lois soal Interaksi Obat, Guru Besar Farmasi UGM: Tidak Semudah Itu Sebabkan Kematian
Prof Dr Zullies Ikawati Apt dari Fakultas Farmasi UGM, menegaskan interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Dalam hal ini, kata dia, obat tersebut dapat dikatakan berinteraksi, tetapi interaksi ini adalah interaksi yang menguntungkan, karena bersifat sinergis dalam menurunkan tekanan darah.
Meski begitu, tetap ada risiko efek samping lantaran semakin banyak obat yang dikonsumsi.
“Dikaitkan dengan Covid-19, ini memang penyakit unik karena kondisi satu pasien dengan lain bisa bervariasi. Misal, pada penderita yang bergejala sedang sampai berat, maka bisa terjadi peradangan paru, gangguan pembekuan darah, gangguan pencernaan, dan lain-lain,” jelasnya.
Dia melanjutkan, keadaan seperti itu memungkinkan pasien mengonsumsi beberapa macam obat.
Dalam hal ini, dokter tentu akan mempertimbangkan manfaat dan risikonya dan memilihkan obat yang terbaik untuk pasien.
“Saya yakin, tidak ada dokter yang ingin pasiennya meninggal dengan obat-obat yang diberikannya,” papar alumnus UGM ini.
Tak hanya interaksi obat menguntungkan, Zullies juga menjabarkan bagaimana interaksi obat yang merugikan.
Dikatakannya, interaksi obat dapat merugikan jika adanya suatu obat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yg digunakan bersama.
Bisa juga, jika ada obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, maka akan semakin meningkatkan risiko total efek sampingnya.
Dengan kata lain, apabila efek samping itu membahayakan, maka hasilnya akan membahayakan.
“Seperti contohnya obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang dulu digunakan untuk terapi Covid-19, atau azitromisin dengan levofloksasin, itu sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung. Jika digunakan bersama maka bisa terjadi efek total yang membahayakan,” terangnya.

Lantas, bagaimana menghindari interaksi obat?
Zullies menjabarkan, dalam terapi memang tidak bisa dihindarkan untuk menggunakan kombinasi obat. Maka, perlu dipilih obat dengan risiko interaksi terkecil.
“Banyak buku teks tentang interaksi obat yang dapat digunakan sebagai panduan dalam memilih obat untuk dikombinasikan agar meminimalisir interaksi obat,” ungkap Zullies.
Dia melanjutkan, faktanya tidak semua obat yang digunakan bersama itu menyebabkan interaksi yang signifikan secara klinis.