Yogyakarta

Menjaga Denyut Seni di Masa Pandemi Lewat ARTJOG MMXXI

ARTJOG MMXXI: Arts in Common – Time (to) Wonder menampilkan karya-karya dari 41 seniman yang semuanya tinggal dan bekerja di Indonesia.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi ARTJOG
Karya instalasi Farid Stevy dan sang bapak, Asto Puaso berjudul 'Dongo Dinongo Reactor' di ARTJOG MMXXI: Arts in Common – Time (to) Wonder di Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta. 

Adapun tema 'Time (to) Wonder' dipilih lantaran praktek seni rupa dapat mempersoalkan waktu dengan pengertian yang lebih luas dan tak terjangkau sains.

Para seniman akan menyumbangkan gagasan yang menarik soal waktu.

Baca juga: Pameran Tunggal Perupa Malaysia Nadiah Bamadhaj di Yogyakarta Angkat Posisi Perempuan

"Jadi sejak 2018 itu Art jog mengusung satu agenda ingin membuat pameran trilogi, seri pameran yang dirangkai dengan tema khusus. Pada 2019 kami berhasil menyelenggarakan edisi pertama dari trilogi Art in Common, mengangkat tema tentang ruang. Bicara tentang ruang dan lingkungan hidup, bagaimana seni memberikan inspirasi kepada kita untuk hidup dengan berbagai makhluk hidup di muka bumi," ujar salah seorang tim kurator pameran, Agung Hujatnikajennong.

"Nah tahun ini, Time (to) Wonder ingin mengangkat tentang waktu, itu lanjutan pertama ruang, waktu, dan berikutnya tentang kesadaran," lanjutnya.

Agung mengatakan, karya-karya yang hadir pada edisi kali ini memang membicarakan waktu dengan cukup menarik, karena konsepnya itu banyak yang beririsan.

Banyak yang bicara tentang sejarah, masa lalu, dikaitkan dengan ingatan personal, namun yang bicara soal sejarah memang cukup dominan.

"Misi kami sebenarnya bagaimana kemudian persoalan waktu dikaitkan dengan cara seniman untuk menggunakan masa lalu sebagai refleksi pada hari ini, juga untuk masa depan," jelasnya.

Baca juga: Tiga Seniman Muda Berkolaborasi di Pameran Seni Titik Temu

Dongo Dinongo Reactor

Sementara itu, satu di antara seniman terpilih yang merespon tema Time (to) Wonder ialah vokalis band FSTVLST sekaligus seorang perupa, Farid Stevy, melalui karya instalasi berjudul 'Dongo Dinongo Reactor'.

Dijelaskan Farid, Dongo Dinongo Reactor merupakan project keluarga, spesifiknya bersama sang bapak, Asto Puaso, yang jauh hari sebelumnya sudah dilakukan serta tidak dibayangkan sebelumnya akan menjadi sebuah presentasi seni.

"Time (to) Wonder dan relevansinya dengan project keluarga saya sebenarnya adalah saya dan bapak itu selama hampir 11 tahun mencari keberadaan kuburan eyang, bapaknya bapak saya. Tugas itu kemudian baru kami selesaikan pada 2020 di masa pandemi," ujar Farid.

"Nah proses itu yang kemudian kami presentasikan di Artjog tahun ini dengan judul Dongo Dinongo Reactor," lanjutnya.

Dongo Dinongo Reactor merupakan karya instalasi mix media partisipatoris.

Farid dan sang bapak menghimpun sejumlah 65 tangga bambu, yang kemudian disusun menjadi lingkaran serta di tengahnya ada sejumlah artefak keluarga di antaranya televisi lawas, bendera merah-putih, ceret serta gelas, serta beberapa hal tentang lagu kejawen turut disematkan.

Baca juga: Imajinasi Visual Dunia Anak-anak Terlihat di Pameran Taman Bermain

"Bambu yang kami dapat merupakan hibah dari kerabat, keluarga, serta kawan-kawan yang concern dengan isu 65' dan HAM di Indonesia. Kemudian mereka juga menyumbangkan testimoni pada konteks karya yang saya bawakan ini," ujar Farid.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved