Cerita Bidan Desa di Sragen Diancam Pakai Parang Saat Hendak Jemput Pasien Covid-19
Cerita Bidan Desa di Sragen Diancam Pakai Parang Saat Hendak Jemput Pasien Covid-19
TRIBUNJOGJA.COM, SRAGEN - Kasus pengancaman menimpa seorang bidan desa di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah saat hendak menjemput pasien covid-19.
Bidan desa berinisial RSR (46) tersebut diancam oleh warga dengan menggunakan sebilah parang.
Ancaman itu diterima oleh RSR bersama dua nakes lainnya saat hendak meninggalkan lokasi penjemputan pasien Covid-19.
Pelaku yang mengancam bidan desa tersebut diketahui merupakan anak dari pasien Covid-19 yang hendak dijemput oleh tim medis.
Pelaku mencegat bidan RSR dan dua nakesnya di tengah jalan lalu mengancam akan membacoknya.
Beruntung aksi tersebut dapat dicegah oleh warga lainnya.
Bidan RSR dan dua nakes lainnya akhirnya berhasil meninggalkan lokasi dengan selamat.
Kemudian kasus pengancaman tersebut dilaporkan ke polisi hingga akhirnya pelaku berhasil diamankan.
Saat ini pelaku menjalani proses hukum di Polsek Tanon untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kapolres Sragen, AKBP Yuswanto Ardi, mengatakan pengancaman tenaga medis tersebut terjadi pada Minggu (20/6/2021) yang lalu.
"Kejadiannya hari minggu, sekitar pukul 16.00 WIB, bidan RSR melaksanakan tugas penjemputan terhadap pasien corona berinisial G, di rumahnya di Desa Kalikobok, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen," katanya seperti yang dkutip Tribunjogja.com dari Tribunjateng.com dalam artikel berjudul "Seorang Bidan di Sragen Diancam Warga Pakai Parang saat Hendak Jemput Pasien Covid-19," pada Jumat (9/7/2021).
Baca juga: Residivis Curi Ponsel Warga Paliyan dengan Modus Pura-pura Bertamu
Baca juga: Miris, Pontang-panting Cari RS Rujukan Covid-19, Warga Gunungkidul Akhirnya Meninggal di Parkiran
Kronologi Lengkap
AKBP Yuswanto menjelaskan kasus ini bermula saat seorang warga bernama G dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil dari tes PCR.
"Pasien G, berdasarkan hasil pemeriksaan PCR dinyatakan positif covid-19, akan tetapi hasil tersebut mendapat penolakan dari warga," tambahnya.
Kemudian, warga meminta pasien G untuk dites ulang.