Update Corona di DI Yogyakarta
Minim Tenaga hingga Fasilitas Sebabkan Angka Kematian Covid-19 di Gunungkidul Tinggi
Angka kematian karena Covid-19 di Kabupaten Gunungkidul mencapai puncak tertinggi pada Rabu (07/07/2021) lalu dengan 15 kasus dalam sehari.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Angka kematian karena Covid-19 di Kabupaten Gunungkidul mencapai puncak tertinggi pada Rabu (07/07/2021) lalu dengan 15 kasus dalam sehari.
Selama beberapa hari terakhir, angka kematian di wilayah ini selalu di atas 10 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul Dewi Irawaty mengakui tingginya angka kematian Covid-19 karena keterbatasan layanan di rumah sakit (RS) rujukan.
"Mereka ini kan butuh ventilator, tapi alatnya terbatas, begitu juga oksigennya," jelas Dewi pada wartawan, Kamis (08/07/2021).
Baca juga: BREAKING NEWS : Tertinggi Selama Pandemi, Gunungkidul Catat 15 Kasus Kematian Covid-19 Harian
Keterbatasan ini juga terjadi pada tenaga penanganan.
Sebab tenaga kesehatan (nakes) kini tak hanya bertugas menangani pasien, tapi juga proses vaksinasi, tracing kasus, hingga pelayanan umum.
Berbagai faktor ini lah yang menyebabkan angka kematian karena Covid-19 menjadi tinggi di Gunungkidul.
Menurut Dewi, tenaganya saat ini terbilang kewalahan dengan banyaknya hal yang harus ditangani.
"Ini juga terjadi pada pasien isolasi mandiri (isoman), sebab beberapa butuh oksigen tapi terbatas jumlahnya," jelasnya.
Dewi mengatakan kekurangan tenaga terjadi karena banyaknya petugas yang terpapar.
Baca juga: Bed Pasien COVID-19 di RSUD Wonosari Gunungkidul Kembali Penuh Meski Sudah Ditambah
Pekan lalu saja, setidaknya sekitar 100 tenaga dinyatakan positif sehingga harus menjalani isoman.
Sedangkan untuk oksigen, ia menegaskan tidak pernah kosong.
Hanya saja pasokannya datang bertahap tergantung dari penyuplai, namun ia mengaku tetap resah dengan kondisi oksigen ini.
"Kekhawatiran kami adalah apakah oksigen itu bisa terus disuplai atau tidak," ujar Dewi.
Terlepas dari semua kendala, ia memastikan pelayanan tetap bisa berjalan.
Termasuk bagi warga isoman yang penanganannya diserahkan pada petugas Puskesmas setempat.
Sementara itu, Direktur RSUD Wonosari dr Heru Sulistyowati menyampaikan pihaknya sudah melakukan peningkatan produksi oksigen.
Upaya dilakukan dengan mengganti mesin kompresor pengolahnya.
Baca juga: Angka Kematian Pasien di Gunungkidul Kian Meninggi
"Sekarang sudah mampu memproduksi 9 juta liter oksigen per bulan, masih mencukupi selama tidak ada lonjakan pasien," kata Heru.
Ia juga mengungkapkan sebanyak 97 tenaganya terpaksa tidak bekerja karena terpapar dan harus menjalani isoman.
Adapun per Selasa (06/07/2021) lalu, 55 di antaranya sudah selesai isoman.
Heru pun langsung meminta mereka untuk kembali bertugas menangani pasien.
Sebab saat ini jumlah pasien masih terus bertambah sedangkan tenaga juga terbatas.
"Satu bangsal pun kami tutup, lalu layanan digabung dengan bangsal lain untuk menyiasati minim tenaga," jelasnya.( Tribunjogja.com )