UPDATE Situasi COVID-19 DI Yogyakarta Terkini: Kasus Meroket, Sri Sultan Keluarkan Opsi Lockdown 

Terakhir dari data terkini Jumat (18/6/2021) menurut data dari Dinas Kesehatan DIY, ada 592 kasus baru pasien yang positif COVID-19 sehari

Editor: Rina Eviana
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Warga dusun Nglempong, Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Ngemplak, Sleman menjalani testing massal Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). 

Tribunjogja.com -Dalam waktu beberapa hari terakhir, Provinsi DI Yogyakarta mengalami lonjakan kasus baru COVID-19 yang cukup tinggi.

Terakhir dari data terkini Jumat (18/6/2021) menurut data dari Dinas Kesehatan DIY, ada 592 kasus baru pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dalam sehari.

Dengan penambahan tersebut maka jumlah total orang terkonfirmasi COVID-19 di DI Yogyakarta menjadi 51.338 pasien.

Warga dusun Nglempong, Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Ngemplak, Sleman menjalani testing massal Coronavirus Disease-2019 (Covid-19).
Warga dusun Nglempong, Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Ngemplak, Sleman menjalani testing massal Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

Untuk penambahan pasien COVID-19 yang sembuh kemarin 237 orang. Dengan begitu, total pasien sembuh menjadi 45.080 orang.

Sementara itu, pasien COVID-19 yang meninggal Jumat kemarin 12 orang. "Hingga kini, di DIY, ada 1.342 orang meninggal karena virus corona, ungkap Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan COVID-19 di DIY", Berty Murtiningsih.

Berty menambahkan menambahkan, kasus terkonfirmasi COVID-19 menurut domisili banyak berasal dari Kabupaten Bantul sebanyak 276 kasus.

Kemudian disusul Sleman dengan 171 kasus, Gunungkidul 61 kasus, Kota Yogyakarta 57 kasus dan Kulon Progo 27 kasus.

Pasien sembuh menurut domisili terbanyak berasal dari Kabupaten Bantul 85 orang, Sleman 63 orang dan Yogyakarta 37 orang.

Kemudian, Kulon Progo sebanyak 27 kasus dan Gunungkidul 25 kasus.

Lonjakan kasus COVID-19 ini banyak berasal dari tracing kontak kasus positif, yakni 496 kasus,” jelasnya lagi.

Sementara, masyarakat yang memilih periksa mandiri ada 96 orang, skrining karyawan kesehatan 5 orang, perjalanan luar daerah 1 kasus dan belum ada info hingga 20 kasus. 

Baca juga: 5 Fakta Situasi Pandemi COVID-19 di Indonesia Saat Ini Mengkhawatirkan Menurut Para Ahli

BOR Rumah Sakit Menghawatirkan

Seiring naiknya jumlah pasien COVID-19 di wilayah DI Yogyakarta Bed Occupancy Rate (BOR) atau presentase penggunaan tempat tidur rumah sakit rujukan COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengkhawatirkan.

Hal itu diakui Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, yang mengklaim bahwa kasus COVID-19 paling tinggi terjadi di Kabupaten Sleman dan Bantul.

Secara otomatis okupansi tempat tidur untuk pelayanan COVID-19 di dua kabupaten itu meningkat.

"Ya sebetulnya kalau kita lihat kasusnya paling banyak di Sleman dan Bantul. Tapi sepertinya, Sleman walaupun kasusnya paling banyak tapi persediaan bednya juga banyak," kata Aji, di Kepatihan, Jumat (18/6/2021).

Ia menambahkan, untuk Kota Yogyakarta juga kebutuhan banyak namun tetap terpenuhi.

Sementara dua kabupaten lain yakni Gunungkidul dan Kulon Progo, menurut Aji memiliki kasus COVID-19 yang lebih sedikit, sehingga ketersediaan bed rumah sakit juga sedikit.

"Jadi walaupun Gunungkidul dan Kulon Progo kasusnya paling sedikit, tetapi ketersediaan bed rumah sakitnya juga sedikit," tegas Aji.

Ia menyadari bahwa saat ini BOR di DIY mencapai 70 persen lebih.

Bahkan, menurutnya di Kabupaten Bantul presentase BOR di rumah sakit rujukan mencapai 95 persen.

"Kalau Bantul sudah 95 persen. Kalau 95 persen itu berarti hampir penuh," ujarnya.

Dirinya meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY agar berkomunikasi dengan kepala rumah sakit rujukan COVID-19 di DIY agar dapat menambah ketersediaan bed bagi pasien.

"Jadi ditambah bed di manapun itu lebih baik. Supaya nanti kalau kasusnya membengkak, di Bantul sudah penuh bisa lari ke Kota atau ke Sleman," tegas Mantan Kepala Disdikpora DIY ini.

Sri Sultan buka opsi lockdown

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X melempar wacana lockdown, Jumat (18/6/2021)
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X melempar wacana lockdown, Jumat (18/6/2021) (TRIBUNJOGJA/ MIFTAHUL HUDA)

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, membuka opsi wacana karantina wilayah atau lockdown.

Hal itu bisa saja dilakukan bila laju persebaran COVID-19 di wilayah DIY terus meninggi dan sulit dikendalikan.

Para pemangku kebijakan di tingkat daerah pun sudah mulai lelah dalam upaya menghentikan laju penyebaran COVID-19.

Secara tegas, Sri Sultan HB X mengatakan jika situasi COVID-19 di wilayah DIY terus mengalami kenaikan dan sulit dikendalikan, jalan satu-satunya ia mengungkapkan harus dilakukan lockdown atau karantina wilayah.

"Kami kan sudah bicara PPKM Mikro ini sudah bicara nangani di tingkat RT/RW, dan padukuhan. Kalau itupun gagal, mobilitasnya seperti ini, ya kan kalau weekend terus mau apalagi? Ya lockdown," kata Sri Sultan HB X di Kepatihan, Jumat (18/6/2021) siang.

Sri Sultan HB X menjelaskan, para pemangku kebijakan di tingkat Kabupaten/Kota sudah berbicara terkait karantina di masing-masing wilayah.

Baca juga: Pegawai Pemkot Yogyakarta yang Terpapar COVID-19 Bertambah Jadi Total 17 Orang

 Pihaknya pun akan menggelar rapat dengan Satgas Covid-19 tingkat Kabupaten/Kota dan para dokter pada Senin pekan depan..

"Sudah bicara karantina di masing-masing Kabupaten/Kota. Kami baru mendengar Senin siang kami akan rapat bersama, baik dengan dokter-dokter, atau Kabupaten/Kota," jelas Sri Sultan HB X.

Dalam rencana rapat kerja tersebut, Sri Sultan HB X akan menanyakan apakah kabupaten/kota sanggup untuk lebih melakukan pengetatan ekstra kepada masyarakat atau tidak.

Pasalnya, dalam kebijakan PPKM mikro yang sudah diberlakukan selama ini, pemerintah DIY sudah mengeluarkan perintah supaya dilakukan pengontrolan hingga ke tingkat RT/RW.

"Mereka (Kabupaten/Kota) mau lebih mengetatkan masyarakat atau enggak. Karena kami sudah bicara soal ngontrol di tingkat Rt/Rw. Kalau gagal arep ngopo meneh? (Kalau gagal mau apalagi?)," kata Sri Sultan.

"Kita belum tentu bisa mencari jalan keluar. Ya satu-satunya jalan ya Lockdown," tegas Sri Sultan.

Baca juga: DPRD DIY Restui Opsi Lockdown di DI Yogyakarta yang Dilontarkan Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan turut menyinggung terkait isi Instruksi Gebernur (Ingub) yang dikeluarkan oleh dirinya, yakni terkait izin acara di tengah kebijakan PPKM Mikro harus berdasarjan Kapanewon.

"Mungkin sudah baca yang Ingub 15. Kemarin sudah sampai menyelenggarakan aktivitas masyarakat itu tidak cukup keputusan kelurahan, harus kapanewon. Itu dengan harapan makin ketat," ungkap Sri Sultan.

Di samping itu, alasan lain untuk kemungkinan melakukan lockdown menrut Sultan, kapasitas Bed Occupancy Rate(BOR) atau persentase pemakaian tempat tidur di rumah sakit sudah mencapai 75 persen.

Sementara analisanya, grafik penularan COVID-19 saat ini cenderung fluktuatif. Berbeda dengan awal virus tersebut muncul.

"Mungkin grafiknya fluktuatif tidak ada peak gitu. Tapi nyatane ora mung (tidak hanya) Indonesia. Seluruh dunia ya turun begitu semua," jelasnya.

"Nah, tapi saya enggaktahu. Sekarang yang mestinya BOR rumah sakit itu 36 koma sekian persen, sekarang kira-kira 75 persen," tandasnya.(Tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved