Klaster Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta Menjamur, Sri Sultan: Corona itu Riil

Sri Sultan Hamengku Buwono X mewanti-wanti masyarakat untuk mengantisipasi penularan Covid-19 dengan cara menerapkan protokol kesehatan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
arga tengah menjalani pengambilan swab oleh petugas di Balai Pedukuhan Nogosari I, Bandung, Playen, Gunungkidul pada Rabu (09/06/2021 

TRIBUNJOGJA.COM Yogyakatya -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mewanti-wanti masyarakat untuk mengantisipasi penularan Covid-19 dengan cara menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas keseharian. Terlebih kasus terkonfirmasi di daerah ini terus mengalami peningkatan.

Sri Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengku Buwono X (Tribunjogja/ Yuwantoro Winduajie)

Sri Sultan mencontohkan, rata-rata penambahan kasus sebelumnya adalah berkisar 100 kasus perhari.

Namun hampir sepekan ini, tiap harinya ada penambahan lebih dari 400 kasus.

Fenomena ini hendaknya dapat membuat masyarakat sadar bahwa Covid-19 benar-benar nyata adanya.

Pasalnya, masih ada sebagian orang yang menganggap remeh Covid-19 dan menganggap pandemi adalah sebuah rekayasa.

"Kita perlu kesadaran bahwa korona itu riil sehingga orang itu hati-hati," ungkap Sri Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, DI Yogyakarta, Senin (14/6/2021).

Lebih jauh, Sri Sultan mengaku belum menerima laporan terkait peningkatan tingkat ketersisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di RS-RS rujukan Covid-19.

Sri Sultan pun telah menginstruksikan agar pasien yang ditemui dengan kondisi sedang hingga berat untuk langsung mendapat perawatan di RS.

Sehingga penyakitnya dapat segera tertangani dan yang bersangkutan tak akan menulari virusnya ke individu lain.

"Saya belum tahu persis (laporan kapasitas RS). Ya sudah, (dirawat) di rumah sakit kalau memang positif wong itu sudah terjadi," jelasnya.

Klaster Bausasran

Upaya tracing terhadap sebaran Covid-19 di Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta terus berlanjut. Saat ini, totalnya ada 47 orang yang masuk kategori kontak erat dengan 43 warga yang telah dinyatakan terpapar corona.

Saat dikonfirmasi Senin (14/6/21), Lurah Bausasran, Akhmad Yuliantara sekaligus menepis deretan berita yang menyebut jumlah kasus di wilayahnya mencapai 70. Ia menandaskan, warga yang terpapar Covid-19, masih di angka 43 orang.

"43 orang positif, dari situ terus tracing, kita cari kontak erat untuk dilakukan test PCR. Ada 90 total yang kita tracing ya, termasuk warga yang sudah positif itu," ujar Yuliantara.

Menurutnya, jadwal swab untuk para kontak erat tersebut, juga sudah ditentukan oleh Puskesmas. Sementara, sembari menunggu jadwal test PCR, warga pun diarahkan menjalani karantina mandiri dengan pengawasan satgas setempat.

"Jadwal swab ada yang besok, tanggal 15, ada tanggal 16, disesuaikan dengan jadwal di Puskesmas. Sekarang mereka sudah isolasi mandiri diawasi satgas Covid-19," katanya.

"Kemudian, untuk warga yang sudah dinyatakan positif, ada yang isolasi di selter 13 orang, terus sebagian di rumah, itu yang OTG. Lalu, ada 3 yang opname di rumah sakit, karena ada komorbid dan sudah lanjut usia," imbuh Yuliantara.

Lebih lanjut, dirinya juga mengklarifikasi adanya RT yang sampai di-lockdown, atau pembatasan aktivitas warganya, karena tingkat penularan yang masif. Ia berujar, langkah tersebut hanya dilakukan di beberapa kediaman saja.

"Posisi lockdown pun kita tidak satu RT, tapi hanya 3 rumah, dan ada di satu RT. Kebetulan ketiga rumah itu berjejeran ya, terus ditutup di sebelah timur dan baratnya," jelasnya.

"Warga tidak boleh melewati lokasi tersebut, harus muter. Jadi, hanya sebatas itu saja, tidak sampai satu RT," pungkas Yuliantara.

Kasus di Sleman

Kasus Coronavirus Disease-2019 (covid-19) di Kabupaten Sleman mengalami trend lonjakan, empat pekan setelah lebaran. Keberadaan shelter Isolasi mendesak dan dibutuhkan. Karenanya, Universitas Islam Indonesia (UII) didukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, dan gerakan kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) meluncurkan shelter baru yang bisa digunakan untuk menampung pasien positif tanpa gejala maupun bergejala ringan.

Baca juga: Klaster COVID-19 yang Terdeteksi Muncul di Sleman

Rektor UII Prof Fathul Wahid, bersama Sekda Sleman Harda Kiswaya, saat peluncuran dan meninjau ruangan di Shelter Rusunawa UII, Senin (14/5/2021).
Rektor UII Prof Fathul Wahid, bersama Sekda Sleman Harda Kiswaya, saat peluncuran dan meninjau ruangan di Shelter Rusunawa UII, Senin (14/5/2021). (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

"Mudah-mudahan, ini upaya kita bersama untuk membantu, memutus penyebaran Covid-19," kata Rektor UII, Prof Fathul Wahid, disela kegiatan peluncuran shelter UII, Senin (14/6/2021).

Persiapan untuk mengadakan shelter yang menempati Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) UII ini cukup singkat, hanya sekitar dua pekan. Inisiasinya muncul ketika klaster halalbihalal merebak di dusun Nglempong, Ngemplak II, Umbulmartani dengan jumlah kasus mencapai 62 orang.

Saat itu, sebagian warga Nglempong enggan dibawa ke Fasilitas Kesehatan Darurat Covid-19 (FKDC) Asrama Haji maupun Rusunawa Gemawang. Atas dasar itu, Pemkab Sleman bersama relawan Sonjo mencari tempat untuk dijadikan shelter isolasi di Sleman sisi utara. Gayung bersambut. Harapan ini mendapat respon bagus dari kampus UII.

Nantinya, shelter Rusunawa UII terbuka untuk umum dengan kapasitas 72 kamar. Mekanisme agar dapat menempati shelter dapat melalui surat pengantar dari Puskemas. Selanjutnya, saat pasien tiba di shelter akan dilakukan skrining ulang. Pembiayaan selama Isolasi disokong dari UII, dibantu Pemkab Sleman dan dari donatur melalui gerakan Sonjo.

Sekda Sleman, Harda Kiswaya mengungkapkan, kehadiran shelter rusunawa UII merupakan salah satu contoh kolaborasi antara pemerintah, akademisi dan gerakan masyarakat. Ia berharap, seluruh perguruan tinggi di Sleman bisa mengadopsi konsep serupa untuk bersama-sama menangani pandemi.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, kebutuhan akan fasilitas kesehatan darurat di Kabupaten Sleman saat ini cukup mendesak.

Pasalnya, empat pekan setelah lebaran, jumlah kasus covid-19 di Sleman meningkat. Bahkan, shelter rusunawa Gemawang dari kapasitas 72 sekarang sudah terisi 75 orang. Begitu juga di Asrama Haji, sudah terisi mencapai 60 persen.

Adanya shelter rusunawa UII, nantinya pasien positif diharapkan dapat terdistribusi bukan hanya di dua shelter milik Kabupaten yang ada di selatan. Apalagi, resiko penularan di Sleman bagian utara juga masih cukup tinggi.

"Dengan kehadiran shelter UII ini nanti akan sangat membantu. Kalau ada pasien dari Utara maka langsung dibawa ke UII, tidak harus nunggu selatan penuh," kata dia.

Kasus di Gunungkidul

Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul melaporkan terdapat sejumlah klaster baru COVID-19 pada Kamis (10/06/2021) lalu. Salah satunya merupakan klaster hajatan di Kapanewon Panggang.

Lurah Girisekar, Panggang, Sutarpan mengatakan klaster tersebut ada di wilayahnya. Adapun klaster terbentuk dari hajatan yang digelar di Pedukuhan Jeruken.

"Itu awalnya dari seorang warga sana yang baru kembali bekerja dari luar kota," jelasnya pada wartawan, Jumat (11/06/2021).

Menurut Sutarpan, warga itu kembali dengan kondisi batuk dan pilek. Ia lantas memeriksakan diri ke klinik sekaligus menjalani Rapid Antigen Test. Petugas medis menyatakan ia positif COVID-19.

Rupanya warga itu kembali memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit di Playen, tanpa memberitahu bahwa sudah dinyatakan positif. Petugas medis di sana lantas menyatakan ia mengalami gejala tifus.

Baca juga: Wacana Larangan Hajatan Mencuat Setelah Munculnya Klaster Covid-19 di Gunungkidul

"Warga itu kembali dan memberitahu warga lain kalau dia sakit tifus," kata Sutarpan.

Meski tengah sakit, warga itu tetap ikut membantu kegiatan hajatan setempat. Fakta pun terkuak pasca petugas medis setempat memberitahu warga bahwa yang bersangkutan positif COVID-19.

Menurut Sutarpan, penelusuran kasus dari hajatan itu pun langsung dilakukan begitu ada informasi. Setelah diperiksa, didapati 16 orang dari hajatan itu positif COVID-19, termasuk Dukuh dan suaminya.

"Penelusuran kontak erat dilakukan lagi dari 16 kasus itu, didapat 45 orang yang sekarang masih menunggu hasil swab PCR," ungkapnya.

Kini, 45 warga yang menunggu hasil swab sedang menjalani isolasi mandiri (isoman). Begitu pula dengan 14 warga yang sudah dinyatakan positif, sedangkan 2 kasus positif lain dirawat di rumah sakit. ( Tribunjogja.com | Tro | Aka | Rif | Alx )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved