Olah Sampah Jadi Pupuk, Pemkot Yogya Canangkan Program Biopori Jumbo Berbasis RW
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyatakan, satu biopori jumbo bisa menampung sampah sisa dapur dari rumah tangga, untuk 70 KK
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Pemkot Yogakarta mencanangkan program biopori jumbo berbasis RW, untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk.
Selaras rencana, program itu akan dimulai pada pekan kedua September, dengan skema gotong royong bersama warga atau lewat CSR perusahaan.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyatakan, satu biopori jumbo bisa menampung sampah sisa dapur dari rumah tangga, untuk lebih kurang 70 Kepala Keluarga (KK).
Oleh sebab itu, perlu sebuah dorongan untuk pembuatan biopori jumbo berbasis RW yang dapat digunakan secara komunal oleh warga.
"Minggu depan harus sudah dimulai. Kita bedah RTLH saja bisa dengan gotong royong, sekarang kita juga akan bedah biopori. Setidaknya satu lubang biopori jumbo butuh 5 buis beton," katanya, Rabu (3/9/25).
"Kalau satu lubang biopori jumbo itu bisa untuk 70 KK, kemudian rata-rata satu RW ada 100 sampai 120 KK, jadi ya setidaknya dalam satu RW dibutuhkan dua biopori jumbo," tambah Wali Kota.
Hasto mengungkapkan, konsep tersebut bukan sekadar menyelesaikan persoalan sampah organik, tetapi juga untuk mengembangkan pertanian terpadu.
Bukan tanpa alasan, dengan mengolah sampah organik menjadi komoditas pupuk, hasilnya pun bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian perkotaan.
"Sehingga, nanti sampah-sampah organik yang berasal dari dapur rumah tangga bisa teratasi dan dikelola menjadi pupuk organik," cetusnya.
Tempo hari, Wali Kota bersama jajarannya sudah meninjau salah satu lokasi yang akan didapuk jadi titik biopori jumbo di kawasan Tompeyan, Tegalrejo.
Rencananya, lahan milik Pemkot Yogyakarta di dekat Rusunawa Bener itu, akan dimanfaatkan satu petak untuk membuat beberapa biopori jumbo.
"Saya juga mau mengetuk pintu ke warga yang punya lahan untuk minta izin, kita gotong royong mengelola sampah, sekaligus produktif menghasilkan pupuk organik," tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sukidi, mengatakan, secara teknis satu lubang biopori jumbo hasilnya bisa dipanen dalam kurun waktu sembilan bulan.
Ia memaparkan, selepas proses penguraian selesai, sampah organik akan berubah menjadi pupuk kompos yang kaya nutrisi untuk tanaman.
"Pengembangannya dilakukan di seluruh kemantren. Tapi, untuk Pakualaman dan Kraton memang kondisi lahannya agak terbatas ya," ujarnya.
"Nanti pemanfaatan pupuk organik hasil panen biopori jumbo selain bernilai ekonomis akan didistribusikan ke 392 kelompok tani di Kota Yogyakarta, serta penyuburan taman di RTHP," pungkas Sukidi. (aka)
PHRI DIY Sebut Warga Jakarta hingga Bandung Ngungsi ke Jogja, Efek Unjuk Rasa |
![]() |
---|
Minta Kepolisian Tak Risau soal Mural Bernada Kritik, JPW: Jangan Terlalu Reaktif |
![]() |
---|
Ada Jamu Kunir Asem di Balik Performa Moncer Ze Valente bersama PSIM Yogyakarta |
![]() |
---|
Dukung Digitalisasi Zakat, Wali Kota Yogya Raih Penghargaan dari Baznas RI |
![]() |
---|
16 Lokasi Nobar di Jogja Malam Ini: Timnas U-23 Kualifikasi Piala AFC |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.