Kisah Inspiratif
Cerita Ayah DW Mendengar Sang Anak Jadi Korban Pengeroyokan, Tidak Bisa Tidur Sejak Dini Hari
Suparjiman menangis sejadi-jadinya, tersesak ternyata anak bungsu kesayangannya betul-betul telah tiada.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Mereka menunggu kabar dari anak kedua mengenai kondisi DW.
Selama berbincang dengan Tribunjogja.com, pikiran Suparjiman tampak kosong.
Matanya yang memandang jauh kemudian menatap ke tanah.
Dia terlihat masih belum lega jika belum melihat jenazah si anak.
Tamu-tamu berdatangan tak henti-henti sejak pukul 10.00 WIB pagi.
Sebagian dari mereka adalah teman main DW dan adapula warga sekitar yang turut prihatin dengan kepergian pemuda itu.
Mereka memadati gang menuju rumah DW, menunggu kedatangan jenazah sahabat mereka yang ternyata baru bisa diantar kembali ke keluarga pukul 15.45 WIB.
Para tamu itu juga menyempatkan menemui Suparjiman, mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya.
Mereka memahami, pasti orang tua DW merasa terpukul dengan kepergian mendadaknya.
Baca juga: DW, Korban Pengeroyokan yang Tewas Dini Hari Tadi Dikenal Punya Solidaritas Pertemanan yang Tinggi
DW, anak bungsu Suparjiman kelahiran 1999 itu memang tidak pamit ketika ia pergi menjelang tengah malam.
Padahal, Suparjiman selalu berpesan kepada DW agar tidak tidur terlalu larut lantaran masih harus bekerja di pagi hari.
"Dia baru bekerja belum ada satu tahun, jadi perbaikan AC. Setelah lulus tahun lalu, dia kerja. Saya sudah pesan jangan tidur malam-malam. Saya tidak tahu kalau dia pergi saat itu,” tambahnya.
Di rumah, DW selalu tidur sekitar pukul 00.00 WIB, mengantisipasi agar tidak telat bekerja.
Namun entah mengapa, di hari dimana dirinya meregang nyawa, DW justru masih mengobrol dengan teman-temannya hingga larut.
Dia memilih untuk menunda tidur dan membantu teman-temannya yang terkena masalah.