Fakultas Peternakan UGM Bantu Istri Peternak Sapi di Pacitan Olah Susu Sapi Kombinasi Empon-empon

Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Pacitan, untuk mampu mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinas

Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Pacitan, untuk mampu mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon. 

UGM Berdayakan Istri Peternak di Pacitan Mampu Mengolah Susu Segar

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Pacitan, untuk mampu mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon.

Melalui pendampingan tersebut, susu segar dapat diolah menjadi produk pangan olahan susu yang lezat, bergizi, tahan cukup lama, dan bernilai jual lebih tinggi.

Empon-empon dipilih sebagai bahan tambahan karena merupakan tanaman unggulan di desa tersebut.

Baca juga: PREDIKSI PSS Sleman vs PSM Makassar, Laga Perebutan Tempat Ketiga Piala Menpora 2021 Malam Ini

Selain itu, tanaman ini dipercaya dapat meningkatkan antibodi.

“Selama ini mereka menjual susu dalam keadaan segar dan tidak mengolahnya apabila tidak habis terjual. Susu yang tidak terjual diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga atau dicampurkan pada pakan sapi,” kata Dosen Fakultas Peternakan UGM selaku ketua kegiatan pengabdian kepada masyarakat Prof Ir Ambar Pertiwiningrum MSi PhD IPM ASEAN Eng, belum lama ini.

Menurut Ambar, kelompok peternak Bumi Rahayu di Desa Tahunan menggantungkan penjualan susu kepada koperasi. 

Belakangan ini pendapatan harian para peternak menjadi berkurang terlebih dengan adanya pandemi Covid-19.  

Bahkan, ada peternak yang mulai menjual sapinya karena tidak dapat membeli pakan. 

Kelompok ternak beranggotakan 25 orang tersebut memiliki lebih dari 50 ekor sapi dengan rata-rata produksi per hari mencapai 6-10 liter untuk per ekor sapi dengan nilai jual ke koperasi sebesar Rp 5.000 per liter.

“Pendapatan rata-rata setiap peternak di kelompok tersebut hampir sama, yaitu kurang lebih Rp 80.000 per hari atau sekitar Rp 2,4 juta per bulan. Padahal, sebagian besar istri peternak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pendapatan suami,” katanya.

Selanjutnya, pendampingan pembuatan susu pasteurisasi diawali dengan pelatihan cara memerah susu yang benar dan sehat.

Kemudian, dilanjutkan dengan proses pengolahan susu yang mengkombinasikan dengan potensi lokal, yaitu empon-empon.

Baca juga: Dalam 12 Jam, Gunung Merapi Terpantau Luncurkan 6 Kali Awan Panas Guguran

Ambar mengungkapkan, pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Selain itu, tidak ada lagi susu yang terbuang. Setelah diberikan pelatihan pengolahan susu, peternak dilatih untuk memasarkan produk susu pasteurisasi secara online melalui media sosial. 

“Peternak juga dilatih mempublikasikan video dan foto produk, memilih kata-kata kreatif dalam promosi, dan dilatih menggunakan hashtag agar produk mudah ditemukan oleh konsumen,” paparnya.

Selain melakukan pendampingan pengolahan susu, Ambar bersama dua peneliti lainnya Prof Catur Sugiyanto MA PhD dan Dr drh Soedarmanto Indarjulianto melakukan pendampingan dan penguatan kelembagaan wanita.

Pendampingan ini diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan konsumsi pangan rumah tangga yang menjadi anggota kelompoknya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved