Fenomena Sosial Manusia Silver di Jogja
Rasa Gatal di Badan hingga Potensi Masalah Kulit Bagi Manusia Silver, Ini Kata Dokter Spesialis
Para manusia silver umumnya melumuri badannya menggunakan cat yang sebenarnya bukan untuk kulit, dan berpotensi menyebabkan gatal-gatal
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Rasa gatal di kulit hingga potensi masalah kulit mengintai para manusia silver.
Seperti diketahui, fenomena munculnya manusia silver mulai marak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak beberapa bulan belakangan.
Banyak dari para manusia silver tersebut sebelumnya merupakan pengamen jalanan dan ada pula yang mengaku mantan karyawan swasta yang terkena pengurangan karyawan atau PHK, lalu memilih mengais rejeki sebagai manusia silver.
Para manusia silver tersebut biasanya beraktivitas sejak pukul 12.30 WIB hingga sore hari sekitar pukul 15.00 WIB.
Mereka rela melumuri tubuhnya dengan cat khusus berwarna silver, kemudian mencoba menghibur pengendara yang berhenti di persimpangan jalan supaya mendapat sepeser uang.
Seorang manusia silver yang ditemui Tribun Jogja bernama Vito, mengaku dulunya hidup di Jakarta sebagai karyawan swasta.
Semenjak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, perusahaan dulunya ia bekerja tak sanggup lagi membayar gaji para karyawan.
"Akhirnya ada pengurangan karyawan. Ya saya yang kena PHK karena pandemi. Daripada gak berbuat apa-apa ya gini aja nyilver," katanya, kepada Tribunjogja.com.
Baca juga: Pengakuan Manusia Silver di Yogya, Cari Rezeki di Masa Pandemi hingga Kejar-kejaran dengan Petugas
Baca juga: Kisah Asal-usul Kampung Pitu di Gunungkidul, Hanya Dihuni 7 Keluarga hingga Mitos Kepercayaan Warga
Vito sering mangkal di simpang empat Jalan Wonosari, Bantul saat siang hari mulai dari pukul 13.00 hingga tubuhnya mulai merasakan gatal-gatal dan kepanasan.
"Kalau udah capek, dan agak gatal itu ya udah berhenti istihrahat dulu," kata dia.
Vito mengaku cat warna silver yang digunakan untuk melumuri tubuhnya itu menggunakan cat sablon.
Dalam aksinya, Vito hanya seorang diri. Rata-rata penghasilan satu hari menjadi manusia silver itu antara Rp80 ribu hingga Rp100 ribu.
"Nggak pasti kadang Rp80 ribu kadang Rp100 ribu. Tergantung pengendara yang melintas," ungkap Vito.

Selain di simpang empat Jalan Wonosari, Vito mengaku aksinya tersebut dilakukan berpindah-pindah bahkan hingga sampai keluar daerah.
Selama enam bulan menjadi manusia silver, tercatat dirinya sudah pernah hingga ke Kabupaten Purworejo dan daerah lainnya.
"Pindah-pindah. Saya kadang sampai ke Purworejo. Ya ke mana saja, kalau di sini terus kan bosen ya pengendara ini," ujar dia.
Meski sering merasakan gatal-gatal pada tubuhnya, Vito mengatakan iritasi yang dialaminya tidak sampai menggangu kesehatannya.
"Belum sampai parah sih meski sering gatal-gatal," tegas Vito.
Penjelasan Dokter Spesialis Kulit
Dokter spesialis kulit dan kelamin RS Panti Rapih Yogyakarta, dr Radijanti Anggraheni, SpKK, menjelaskan efek dari mengaplikasikan suatu bahan ke seluruh tubuh sangat bergantung pada jenis bahan itu sendiri.
Komponen pewarna tubuh, terangnya, tentunya sangat bervariasi, sehingga efek yang timbul juga akan bervariasi.
"Selain faktor bahan pewarna dan luas permukaan kulit yang diwarnai, durasi dan frekuensi pemakaian serta paparan terhadap hal-hal yang lain, misalnya pewarna yang berinteraksi dengan sinar matahari, bisa juga turut memengaruhi. Sehingga disarankan untuk memilih produk pewarna yang ramah kulit atau peruntukannya memang untuk kulit," jelas Radijanti saat dihubungi Tribunjogja.com, Rabu (24/3/2021).

Ia menambahkan, perlunya memakai pelembab sebelum dan setelah pewarna dibersihkan untuk menghindarkan kekeringan kulit yang dapat muncul karena pemakaian pewarna tersebut.
Adapun efek jangka pendek yang mungkin terjadi dari mengecat seluruh tubuh adalah dermatitis kontak alergi atau dermatitis fotokontak alergi. Yaitu, suatu reaksi alergi yang terjadi karena kulit bersentuhan dengan suatu bahan.
Sedangkan yang kedua, reaksi alergi baru akan terjadi bila setelah pengolesan bahan, terpapar sinar matahari.
"Ini belum tentu akan terjadi pada setiap orang," imbuhnya.
Sedangkan, efek jangka panjang yang dapat terjadi, masih seputaran alergi, yakni munculnya pigmentasi karena akumulasi pewarna dalam jangka waktu lama, atau kemungkinan keganasan kulit (kanker kulit), apabila pewarna yang digunakan bukanlah pewarna yang ramah kulit/memang untuk pemakaian pada kulit manusia.
Baca juga: Kisah Kakek 74 Tahun yang Telah Makamkan Ratusan Jenazah Covid-19, Tapi Belum Dapat Jatah Divaksin
Baca juga: Kisah Pemuda Klaten Otodidak Rakit Jam Tangan Kayu, Bisnisnya Moncer Diminati Jepang Hingga Afrika
Ia menambahkan, dampak fatal dari pengecatan tubuh ialah reaksi alergi berat, yang dapat menyebabkan gagal napas atau kondisi yang lain.
Selain itu, keracunan bahan pewarna apabila menggunakan produk bukan pewarna kulit manusia, karena diaplikasikan di seluruh tubuh dalam jangka waktu lama dan terus-menerus.
Radijanti mengingatkan agar memilih produk yang peruntukannya memang untuk kulit manusia, memakai pelembab, sebelum memakai dan setelah membersihkan pewarna, serta mencuci kulit sampai benar-benar bersih bila aktivitas sudah selesai.
( tribunjogja.com )