Studi Baru NASA Perkuat Keyakinan Bahwa Ada Air di Mars

Tim tersebut berfokus kepada jumlah air di Mars dari waktu ke waktu dan komposisi kimiawi atmosfer planet saat ini.

Penulis: Sigit Widya | Editor: Sigit Widya
Tangkapan layar video NASA
Perseverance Rover dan helikopter Ingenuity milik NASA ketika penjelajahan MARS 2020. 

TRIBUNJOGJA.COM - Studi baru Jet Propulsion Laboratory NASA dan para peneliti di California Institute of Technology mempertanyakan tentang teori lama apalah Mars masih mengandung air atau tidak.

Tim ilmuwan mengemukakan bahwa sejumlah besar air di Mars tidak lolos ke luar angkasa karena gravitasinya rendah seperti yang diasumsikan sebelumnya, melainkan terperangkap di keraknya.

Meskipun diketahui bahwa air yang melimpah telah mengalir di Planet Merah miliaran tahun lalu, tim ilmuwan mengatakan bahwa temuan itu mengungkap antara 30 persen hingga 99 persen di antaranya telah terperangkap dalam mineral.

Kesimpulan mereka, yang diterbitkan di majalah Science dan dipresentasikan pada Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52, dicapai menggunakan data lintas misi dari Planetary Data System NASA.

Dikutip Tribunjogja dari New York Post, Jumat (19/3/2021), data itu berkaitan dengan pekerjaan laboratorium meteorit serta misi Program Eksplorasi Mars NASA.

Baca juga: Inilah Gambar Pertama Penuh Warna Permukaan Mars

Baca juga: Adu Cepat Pesawat NASA, China, dan UEA Tiba di Mars Bulan Ini

Tim tersebut berfokus kepada jumlah air di Mars dari waktu ke waktu dan komposisi kimiawi atmosfer planet saat ini.

Secara khusus, mereka memeriksa rasio deuterium ke hidrogen (D/H).

“Meskipun air terdiri atas hidrogen dan oksigen, tidak semua atom hidrogen dibuat sama," jelas tim ilmuwan.

Mereka melanjutkan, sebagian besar atom hidrogen hanya memiliki satu proton di dalam inti atom.

Sementara sebagian kecil atom, sekitar 0,02 persen, ada sebagai deuterium atau yang disebut hidrogen "berat" yang memiliki proton dan neutron.

Hidrogen yang lebih ringan lolos dari gravitasi planet ke luar angkasa jauh lebih mudah daripada rekannya yang lebih padat.

"Hilangnya air sebuah planet melalui atmosfer atas akan meninggalkan tanda yang mengungkap rasio deuterium terhadap hidrogen di atmosfer planet," tambah tim ilmuwan.

Lantaran hilangnya air hanya melalui atmosfer, tidak dapat mewakili baik "sinyal deuterium-ke-hidrogen" di atmosfer dan sejumlah besar air pada masa lalu.

Baca juga: Begini Penampakan Hotel Pertama di Luar Angkasa, Siap Operasional 2027

Baca juga: Dua Astronot Tambah Daya Listrik Stasiun Luar Angkasa Biar Nggak Byar Pet

Ada dua mekanisme yang berperan.

Keduanya memerangkap air dalam mineral di kerak planet dan hilangnya air ke atmosfer.

Selain itu, karena tidak memiliki lempeng tektonik, Mars tidak dapat mendaur ulang air ke atmosfer melalui proses vulkanisme seperti di Bumi.

Hal tersebut membuat "pengeringan" di permukaan Mars menjadi permanen.

“Bahan terhidrasi di planet kita terus didaur ulang melalui lempeng tektonik,” kata ilmuwan utama Program Eksplorasi Mars di markas besar NASA, Michael Meyer.

"Karena memiliki pengukuran dari beberapa pesawat ruang angkasa, kami dapat melihat bahwa Mars tidak mendaur ulang sehingga air sekarang terkunci di kerak atau hilang ke luar angkasa," sambungnya.

Penjelajah Mars Perseverance NASA telah menemukan tanda-tanda erosi air di bebatuan Mars selama pencarian astrobiologis.

Tujuan utama dari penjelajah tersebut adalah untuk mencoba menemukan tanda-tanda kehidupan mikroba purba selama misi dengan mengumpulkan dan menyimpan batuan dan sedimen.

Baca juga: Tak Ingin Kalah dari Amerika, China Bersiap Jelajahi Planet Mars Musim Panas Mendatang

Baca juga: Roket Perseverance Penjelajah Mars, Baru Mendarat Lagi di Bumi pada Tahun 2031

Dua dari penulis utama studi akan membantu dalam upaya mengumpulkan sampel yang akan dikembalikan melalui program Mars Sample Return pada awal 2030-an.

Meyer, yang merupakan bagian dari Program Pengembalian Sampel Mars, mengatakan bahwa tim ilmuewan menantikan analisis berkelanjutan dari studi kali ini.

“Sejarah air di Mars dan hubungannya dengan pencarian astrobiologis untuk kelayakan hunian dan kehidupan adalah satu pertanyaan terbesar yang terus kami pelajari,” katanya.

“Kami berharap dapat mengumpulkan sampel murni Planet Merah dengan penjelajah Mars Perseverance dan dengan aman membawanya kembali ke Bumi untuk studi ilmiah," pungkasnya. (Tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved