Pemkab Kulonprogo Pilih Wilayah Plumbon untuk Rencana Pembangunan TPST, Ini Alasannya

Rencana pembangunan TPST itu mendapatkan penolakan dari sejumlah warga di Pedukuhan Sringkel, kalurahan setempat karena dampak yang ditimbulkan

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kulonprogo 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pemerintah kabupaten (Pemkab) Kulon Progo berencana membangun tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) di Kalurahan Plumbon, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. 

Namun rencana pembangunan TPST itu mendapatkan penolakan dari sejumlah warga di Pedukuhan Sringkel, kalurahan setempat karena dampak yang ditimbulkan seperti bau tak sedap hingga kerusakan jalan. 

Kepala Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kabupaten Kulon Progo, Joko Satyo Agus Nahrowi, mengatakan rencana pembangunan TPST termasuk program pemerintah pusat untuk mengatasi permasalahan sampah di kawasan aetropolis sebagai pendukung utama Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). 

Dikhawatirkan 5-10 tahun ke depan volume sampah menumpuk karena muncul permukiman di sekitar kawasan tersebut.

Baca juga: Begini Respon DPUPKP Kabupaten Kulon Progo Soal Penolakan Pembangunan TPST Plumbon

Baca juga: Warga Sringkel Kulon Progo Tolak Rencana Pembangunan TPST Plumbon, Ini Alasannya

Untuk mengatasi permasalahan sampah itu, satuan kerja (satker) Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) kemudian mengusulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Dan oleh Kementerian PUPR diminta untuk mencari lahan. 

"Pada 2017 lalu, mereka mengajak kami melakukan survei di beberapa lokasi untuk dibangun TPST. Setelah survei dilakukan, lokasi yang memungkinkan ada di Kapanewon Temon," kata Joko, Selasa (9/3/2021). 

Ia menyebut ketiga calon lokasi di Kapanewon Temon itu diantaranya Temon Kulon, Kalidengen dan Plumbon. 

Namun dari tiga lokasi itu yang paling memenuhi syarat di Plumbon. 

Sebab secara area paling luas dan tidak terdapat beberapa kendala. 

Sedangkan dua lokasi lainnya terdapat kendala. 

Seperti Kalidengen yang dilewati rel kereta Bandara YIA.

Sejumlah spanduk bertuliskan seruan penolakan pembangunan TPST Plumbon telah terpasang di wilayah setempat.
Sejumlah spanduk bertuliskan seruan penolakan pembangunan TPST Plumbon telah terpasang di wilayah setempat. (Tribun Jogja/Sri Cahyani Putri Purwaningsih)

Serta Temon Kulon yang berdekatan dengan Bandara dan luas area yang kurang memungkinkan untuk dibangun TPST. 

Rencana pembangunan TPST saat ini dalam perencanaan detail engineering detail (DED). 

Kendati demikian kata Joko, pembangunan TPST di Plumbon bisa dipindah ke lokasi lain yang memenuhi syarat. 

Baca juga: Pembangunan TPST Plumbon di Kulonprogo dalam Tahap Sosialisasi dan Penyiapan Master Plan

Baca juga: Pemda DIY Minta Dirjen Cipta Karya Selesaikan Problem Pengelolaan Sampah TPST Piyungan

Namun hingga saat ini belum ada alternatif lokasi lain untuk pembangunan TPST sehingga masih ditetapkan di wilayah Plumbon. 

"Saat ini kita juga masih melakukan kajian teknis. Pada Mei 2020 lalu kami juga sudah mengadakan sosialisasi dengan memberikan pemahaman kepada warga setempat. Namun pemahaman mereka TPST sama dengan tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikhawatirkan ke depannya terdapat tumpukan sampah," terangnya. 

Padahal sebenarnya pengelolaan sampah di TPST Plumbon konsepnya sehari selesai tidak boleh ada penumpukan sampah.

Bahkan sampah yang tidak bernilai ekonomis langsung dibakar di insinerator. 

Rencana pembangunan TPST Plumbon ini kata Joko bukan tanpa alasan. 

Sebab kapasitas TPA Banyuroto di Kapanewon Nanggulan diprediksi pada 2022 sudah penuh. 

Dikarenakan tidak hanya menampung sampah di wilayah Wates dan sekitarnya melainkan nantinya juga sampah di kawasan aetropolis. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved