Keluh Kesah Kusir Andong di Malioboro, Sudah Ditunjang Metode QRIS tapi Sepi Tamu
Sedikitnya 88 andong wisata yang sehari-harinya beroperasi di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, telah dilengkapi metode Quick
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sedikitnya 88 andong wisata yang sehari-harinya beroperasi di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, telah dilengkapi metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Sehingga, sistem pembayarannya tidak perlu lagi menggunakan transaksi uang tunai.
Sekadar informasi, QRIS adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia, guna memudahkan proses transaksi, dengan keamanan yang dipastikan terjaga.
Namun, terobosan ini belum dapat membuahkan hasil, karena sepinya pengunjung.
Baca juga: Pemkab Bantul Realisasikan Bantuan Rp 50 juta untuk Padukuhan Tahun 2022
Ketua Paguyuban Kusir Andong DI Yogyakarta, Purwanto mengatakan, sejauh ini, rekan sejawatnya yang sudah ikut serta aplikasi QRIS-Dana ada 60 orang, kemudian 28 orang tergabung dengan QRIS-LinkAja.
Menurutnya, skema itu sudah mulai dioperasikan sejak 1,5 tahun lalu.
"Sebelum pandemi sudah banyak itu yang pakai. Tapi, saat kondisinya seperti ini, sepi banget, wong sekarang tamunya saja nyaris nggak ada, ya," ungkap Purwanto,
Hanya saja, ia tak menampik, keberadaan QRIS ini sangat membantu para kusir andong dalam bertransaksi. Sebab, pelanggannya tinggal menerapkan scan barcode, untuk melakukan pembayaran.
Selain itu, ia juga merasa lebih ngirit, karena uang langsung masuk ke rekening.
"Jadi, cenderung lebih enak pakai aplikasi. Karena kalau pulang bawa uang itu pasti beda. Seharusnya nggak jajan, tapi pengen jajan. Seharusnya nggak mampir, tapi pengen mampir. Tapi, kalau uangnya langsung masuk rekening, peruntukannya ya buat di rumah saja," ujarnya.
Oleh sebab itu, Purwanto berharap semua kusir andong di Malioboro, yang jumlahnya sekarang berada di kisaran 385, dapat ikut serta bergabung.
Terlebih, pembayaran dengan metode uang elektronik dewasa ini menjadi keniscayaan yang harus bisa diikuti, seiring era digitalisasi.
"Tapi, kendalanya kan sekarang belum semua kusir pakai smartphone, atau android. Belum semuanya, ya karena ada yang sudah sepuh, nggak bisa pakainya. Atau, masih muda, tapi belum punya uang buat beli itu," cetusnya.
Namun, dalam kondisi sekarang, ia hanya berharap supaya sektor pariwisata di Kota Yogyakarta bisa secepatnya pulih seperti sedia kala.
Pasalnya, lantaran sepinya wisatawan, banyak di antara rekan-rekan sejawatnya yang memilih untuk libur dan tak mengoperasikan andongnya.
Baca juga: Disdikpora DIY Akan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka di 10 Sekolah, Ini Daftarnya