Kasus Bunuh Diri Menurun, Pandemi Covid-19 Dinilai Turut Mempengaruhi

Kala pandemi Covid-19 melanda saay ini, jumlah kasus bunuh diri di Gunungkidul mengalami penurunan.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa
Ilustrasi kasus bunuh diri 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kasus bunuh diri kerap terjadi di Gunungkidul.

Setiap tahunnya, selalu muncul kasus baru dengan berbagai motif di baliknya.

Meski begitu, kala pandemi Covid-19 melanda, jumlah kasus bunuh diri di Gunungkidul mengalami penurunan.

Hal itu merujuk pada data yang dimiliki organisasi Inti Mata Jiwa (IMAJI).

Adapun organisasi nirlaba ini bergerak di bidang kesehatan jiwa. Termasuk upaya menekan dan mencegah bertambahnya kasus-kasus bunuh diri di masyarakat.

"Bisa dibilang saat pandemi laporan kasus bunuh diri di Gunungkidul justru agak menurun," urai Wage Daksinarga, relawan IMAJI, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: IMAJI Berharap Bupati Baru Mampu Tangani Persoalan Bunuh Diri di Gunungkidul

Baca juga: Komda Lansia DIY : Perlu Dilakukan Penelitian Untuk Mengetahui Penyebab Lansia Bunuh Diri  

Dari data IMAJI berkolaborasi dengan Polres Gunungkidul, sepanjang tahun 2020 terjadi 29 kasus bunuh diri.

Jumlah ini turun dibanding tahun 2019, yang memunculkan 33 kasus bunuh diri di bumi Handayani.

Menurutnya, ada faktor menarik berkaitan dengan pandemi yang bisa menjadi penyebab turunnya kasus bunuh diri.

Antara lain soal gerakan menjaga imunitas tubuh. Sejak pandemi, masyarakat diminta untuk tidak panik, stres, hingga menjaga pola pikir.

Hal itu dilakukan agar keresahan soal penyebaran Covid-19 tidak meluas dampaknya ke masyarakat.

Ilustrasi
Ilustrasi (www.nusabali.com)

Menurut Wage, gerakan itu justru memunculkan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

Sebab selama ini kesehatan hanya dikaitkan dengan kondisi fisik.

"Secara tidak langsung itu membantu menekan kasus bunuh diri," ujarnya.

Merujuk data yang dimiliki IMAJI, kasus-kasus bunuh diri di Gunungkidul cenderung fluktuatif tiap tahunnya.

Selalu berada di kisaran 30 kasus, bisa kurang atau lebih.

Menurut catatan, jumlah tertinggi kasus bunuh diri di Gunungkidul terjadi pada 2007 dengan 39 kasus. Sedangkan terendah tercatat di 2014 dengan 19 kasus.

Berdasarkan kelompok usia, kasus bunuh diri di Gunungkidul didominasi oleh rentang umur 18-60 tahun dengan kisaran 54 persen.

Data itu sekaligus menepis anggapan bahwa korban bunuh diri rata-rata berusia lanjut.

"Menurut data justru kebanyakan kelompok usia produktif. Bahkan di bawah 18 tahun pun juga ada, mencapai 7 persen," jelas Wage.

Baca juga: Masalah Kesehatan dan Ekonomi Disebut jadi Penyebab Banyaknya Lansia di DIY Bunuh Diri  

Baca juga: Kisah Bocah Bujuk Ayahnya yang Mau Bunuh Diri : Bentar Lagi Teteh Mau Ulang Tahun, Ayah Turun

Wage bahkan menyebut tindakan bunuh diri di Gunungkidul cukup meresahkan.

Pasalnya, anak-anak pun tahu bagaimana cara mempraktikkannya.

"Ada laporan anak-anak bermain pura-pura bunuh diri. Pertanyaannya, darimana mereka belajar seperti itu?" jelasnya.

Wage menjelaskan, penyebab bunuh diri tak tunggal dan saling berkaitan, alias tidak hanya karena penyakit kejiwaan atau depresi.

Kesimpulan itu mengacu pada data yang dimiliki IMAJI.

Merujuk pada hasil olah data laporan kasus bunuh diri dari Polres Gunungkidul (2015-2017), ada 6 motif mengapa aksi itu dilakukan.

Antara lain depresi (43 persen), sakit fisik menahun (26 persen), gangguan jiwa (6 persen), ekonomi (5 persen), dan keluarga (4 persen).

Ilustrasi
Ilustrasi (dok.istimewa)

Kasus baru

Meski disebut menurun saat pandemi, tak ayal kasus bunuh diri di Gunungkidul masih terus dilaporkan.

Bahkan di pembuka 2021, sudah terangkum sejumlah kasus baru.

Kasubbag Humas Polres Gunungkidul, Iptu Suryanto menyampaikan, setidaknya sudah ada 6 kasus bunuh diri yang dilaporkan.

Kasus pertama di 2021 dilaporkan pada 6 Januari lalu.

"Terakhir dilaporkan pada 14 Februari lalu, asal Kapanewon Tanjungsari," ungkapnya.

Merujuk data, korban dari 6 kasus baru ini seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Lima di antaranya merupakan lansia berumur di atas 71 tahun, hanya satu kasus yang umurnya 40 tahun.

Selain Tanjungsari, kasus bunuh diri anyar di 2021 ini terjadi di Saptosari, Purwosari, Tepus, Semin, dan Gedangsari.

Tiap kapanewon mencatatkan satu kasus.

"Semuanya dilakukan dengan cara gantung diri," jelas Suryanto.

( tribunjogja.com/ alx )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved